TUGAS INDIVIDU PROMKES
TUGAS
PROMOSI KESEHATAN
TENTANG PERENCANAAN DI RUANG YANKESTRAD
DI PUSKESMAS
PERUMNAS
KABUPATEN LAHAT
DISUSUN OLEH :
PURNAMA SUSANTI
NPM : 19131011128
STIKES BINA HUSADA
Jl. Jl.
Syech Abdul Somad No 28, Kota Palembang, Sumatera Selatan
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya ucapkan kepada Tugan Yang Maha Esa, karena berkat –Nya jualah
maka Makalah / Tugas Promosi Kesehatan ini ; Perencanaan Program Yankestrad di
Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat yang dikaitkan dengan Tingkah laku
terselesaikan tepat waktu.
Saya
yakin dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekeliruhan disana disi, masih
banyak kekurangan yang sebenarnya kurang berkenan oleh Dosen, namun saya harap
dosen memaklumi, Karena ini merupakan proses pembelajaran bagi saya.
Selanjutnya
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan, demi terciptanya makalah
/ tugas yang lebih baik lagi kedepannya.
Akhir
kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesainya Tugas/Makalah ini. Akhir kata saya ucapkan Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
Purnama Susanti.Str.Keb
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………………. I
BAB
I PENDAHULUAN
………………………………………………………………... 1
A.
LATAR BELAKANG ……………………………………………………………. 1
B.
TUJUAN ………………………………………………………………………….. 2
C.
MANFAAT ……………………………………………………………………….. 2
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
………………………………………………………. 3
1.
YANKESTRAD
A.
DEFINISI …………………………………………………………………. 3
B.
TUJUAN …………………………………………………………………. 3
C.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAYANAN
KESTRAD …… 3
D.
UPAYA PEMBINAAN PENGOBATAN
KESTRAD …………………. 5
E.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN
KESEHATAN TRADISIONAL
MELALUI TOGA
............................... 7
2.
PRILAKU
A.
DEFINISI ……………………………………………………………….… 8
B.
PROSESNPEMBENTUKAN PRILAKU …………………………….….. 8
C.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRILAKU ………………….…... 9
D.
MACAM-MACAM PRILAKU …………………………………….….…. 12
E.
PENGEMBANGAN PRILAKU …………………………………………. 13
F.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPRIBADIAN ……………….. 17
BAB III PEMBAHASAN
A.
PERENCANAAN DI PROGRAM YANKESTRAD PUSKESMAS
PERUMNAS KABUPATEN LAHAT …………………………………... 20
B.
KAITAN PERENCANAAN PROGRAM YANKESTRAD
DENGAN TINGKAH LAKU
……………………………………………. 21
BAB IV PENUTUP
A.
KESIMPULAN …………………………………………………………… 23
B.
SARAN …………………………………………………………………… 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah mewujudkan Indonesia
Sehat antara lain memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk
mewujudkan cita-cita tersebut telah dilaksanakan berbagai upaya pembangunan
kesehatan dan telah menunjukkan perubahan yang bermakna berupa peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Walau demikian, berbagai fakta menyadarkan bahwa
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata itu masih jauh dari harapan
masyarakat dan membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapainya.
Berkembangnya pengobatan tradisional belum sepenuhnya dilakukan penataan
secara menyeluruh, sehingga pelayanan pengobatan tradisional masih apa adanya
dan belum sepenuhnya mendapat pembinaan, serta masih diragukan bila ditinjau
dari segi hygienis, seyogianya dilakukan penataan yang menyeluruh dan bertahap
agar pelayanan pengobatan tradisional aman digunakan, bermutu, bermanfaat, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum.
Ramuan yang digunakan oleh Batantra hampir keseluruhannya terdiri lebih
dari satu jenis tanaman obat. Pengembangan pengobatan tradisional ramuan sarat
dengan nuansa pembinaan berbasis pada studi epidemilogik, mulai dari observasi.
Sementara itu rencana pengembangan obat bahan alam di Badan POM, mengarah pada
pengembangan produk yang terdiri dari atas satu jenis tanaman obat, melalui
pendekatan pengembangan obat pada umumnya yang berbasis pada uji klinik dan
banyak istilah penggunaan nama seperti obat bahan alam, obat asli Indonesia,
Obat tradisional, biofarmaka, jamu, ramuan yang semuanya menunjukkan pada satu
arti yaitu tanaman berkhasiat obat baik empirik maupun ilmiah, yang telah
beredar dan digunakan oleh masyarakat, baik diproduksi oleh industri (obat
tradisional pabrikan) maupun dibuat sendiri dalam rumah tangga.
Perkembangan di bidang informasi dewasa ini telah mempermudah akses
masyarakat terhadap informasi tentang pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional tidak hanya diminati oleh sekelompok masyarakat desa atau mereka
yang pendidikannya rendah tetapi juga mereka yang berpendidikan tinggi.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui perencanaan di program Yankestrad di Puskesmas Perumnas
Kabupaten Lahat
2.
Mengetahui hubungan perencanaan Yankestrad di Puskesmas Perumnas dengan
hubungan tingkah laku.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan perencaan program Yankestrad yang ada di Puskesmas Perumnas.
2. Mahasiswa tahu hubungan Program
Yankestrad dengan prilaku
BAB
II
PEMBAHASAN
1. PROGRAM YANKESTRAD
A. Definisi
Upaya pelayanan kesehatan tradisional merupakan pelayanan kesehatan yang
secara tidak langsung memiliki peranan dalam menunjang pencapaian indikator
Renstra Kementerian Kesehatan melalui pemanfaatan pelayanan kesehatan
tradisional ramuan dan ketrampilan dalam tumbuh kembang balita, kesehatan ibu
hamil dan nifas, maupun pemanfaatan pijat untuk kesegaran tubuh.
B. Tujuan
Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam
mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi
maupun untuk keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini
sangat berguna, khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam
memperoleh akses pelayanan kesehatan.
C. Pembinaan Dan Pengawasan Pelayanan
Kesehatan Tradisional
Dalam kebijakan Kementerian Kesehatan RI, pembinaan dan pengawasan
Pelayanan Kesehatan Tradisional dilakukan melalui 3 (tiga) pilar. Pilar pertama
adalah Regulasi, adapun dukungan regulasi terhadap Pelayanan Kesehatan
Tradisional telah dituangkan dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 yang
telah disebutkan diatas, SKN tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Pengobatan Tradisional
merupakan bagian sub sistem Upaya Kesehatan, Kepmenkes RI Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
dan Kepmenkes No 1/2010 tentang Saintifikasi Jamu berbasis
pelayanan. Pilar kedua adalah Pembina Kemitraan dengan berbagai Lintas Sektor
terkait dan organisasi (asosiasi) pengobat tradisional termasuk pengawasan
terhadap tenaga pengobat tradisional baik yang asli Indonesia maupun yang
berasal dari luar negeri. Pilar ketiga adalah Pendayagunaan Sentra Pengembangan
dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T) untuk menapis metode
Pelayanan Kesehatan Tradisional di masyarakat dan melakukan pembuktian melalui
pengkajian, penelitian, uji klinik, baik terhadap cara maupun terhadap manfaat
dan keamanannya. Pada saat ini sudah ada 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi
yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB,
Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara serta adanya Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM) di Makassar dan Loka Kesehatan Tradisional
Masyarakat (LKTM) di Palembang.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional dilakukan
secara berjenjang mulai dari tingkat rumah tangga, masyarakat, Pelayanan
Kesehatan Dasar di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi & Kementerian
Kesehatan bersama lintas sektor terkait dan mengikut sertakan asosiasi pengobat
tradisional. Sementara ini Kementerian Kesehatan telah bermitra atau bekerja
dengan beberapa jenis Asosiasi Pengobat Tradisional (Battra) yang terkelompokkan
sesuai dengan metodenya masing-masing. Diharapkan asosiasi Battra bisa membantu
Kementrian Kesehatan dalam pembinaan pengobat di Indonesia namun harus selalu
dievaluasi kemitraannya. Terdapat asosiasi
Battra yang ada antara lain :
a.
Ikatan Homoeopathy Indonesia (IHI)
b. Persatuan
Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI)
c.
Perhimpunan Chiroprakasi
Indonesia (Perchirindo)
d.
Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI)
e.
Persatuan Ahli Pijat Tuna Netra
Indonesia (Pertapi)
f.
Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan
Indonesia (AP3I)
g.
Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia (ARSI)
h.
Asosiasi SPA Terapis Indonesia (ASTI)
i. Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI)
j. Ikatan Pengobat Tradisional Indonesia (IPATRI)
k. Forum
Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI)
l. Asosiasi Therapi Tenaga Dalam Indonesia (ATTEDA)
m.
Asosiasi Bekam Indonesia (ABI)
n. Persatuan
Ahli Kecantikan Tiara Kusuma.
Selain itu untuk pengawasan pengobat tradisional, Kementerian Kesehatan
juga berkerjasama dengan Kantor Imigrasi, Mabes POLRI, Kejaksaan, Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terutama untuk pengawasan Pengobat Tradisional
Asing yang datang ke Indonesia.
Setiap Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai pengobat tradisional
harus memiliki SIPT/STPT (Surat Izin/Terdaftar Pengobat Tradisional) yang
didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Sampai saat ini,
metode Pelayanan kesehatan tradisional yang telah diakui manfaat dan
keamanannya oleh Indonesia adalah akupuntur. Oleh karena Untuk SIPT hanya
dikeluarkan untuk Battra jenis akupuntur yang telah dilengkapi dengan
sertifikat kompetensi, selain jenis akupuntur saat ini hanya mendapatkan
STPT. Untuk Pengobat Tradisional Asing yang akan masuk ke Indonesia, harus
memiliki rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. Rekomendasi ini bisa
didapatkan setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus oleh tim penilai.
Pengobat tradisional asing tidak diperkenankan berpraktek langsung ke
masyarakat Indonesia melainkan hanya sebagia konsultan dalam rangka transfer
ilmu pengetahuan kepada pengobatan tradisional Indonesia.
D. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pengobatan Tradisional, adalah program
pembinaan terhadap pelayanan pengobatan tradisional, pengobat
tradisional dan cara pengobatan tradisional. Oleh karena itu yang dimaksud
pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara
turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru
sunat) maupun keterampilan (pijat).
Tujuan dari Pembinaan upaya pengobatan
tradisional adalah :
a) Melestarikan
bahan-bahan tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional
b) Melakukan pembinaan terhadap
cara-cara pengobatan tradisional
Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga
memegang peran utama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan
tanaman obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan individu/keluarga
untuk memperoleh hidup sehat.
Di tingkat masyarakat peran pengobatan tradisional termasuk peracik obat
tradisional/jamu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pemerataan
pelayanan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan
kesehatan, dapat disarikan sebagai berikut:
1. Pengobatan
tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat
dalam pelayanan kesehatan primer.
2. Pengobatan
tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan budaya bangsa,
namun perlu membatasi praktek-praktek yang membahayakan kesehatan.
3. Dalam rangka
peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan penelitian, pengujian
dan pengembangan obat-obatan dan cara-cara pengobatan tradisional.
4. Pengobatan
tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin, namun
perlu pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya. Masalah
pendaftaran masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
5. Pengobatan
tradisional yang berlandaskan pada cara-cara organobiollogik, setelah diteliti,
diuji dan diseleksi dapat diusahakan untuk menjadi bagian program pelayanan
kesehatan primer. Contoh dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang. Sedangkan
cara-cara psikologik dan supernatural perlu diteliti lebih lanjut, sebelum
dapat dimanfaatkan dalam program.
6. Pengobatan
tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus dan menjadi tokoh
masyarakat dapat dilibtkan dalam upaya kesehatan masyarakat, khususnya sebagai
komunikator antara pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan di Indonesia dikembangkan berdasarkan pola upaya kesehatan
Puskesmas, peran serta masyarakat dan rujukan kesehatan. Peran serta masyarakat
pada hakikatnya merupakan suatu proses agar masyarakat makin mampu untuk
menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan, baik yang dilakukan diantara
masyarakat sendiri atau membantu pemerintah.
E. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelayanan
Kesehatan Tradisional Melalui Toga
Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam
mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi
maupun untuk keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini sangat
berguna, khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses
pelayanan kesehatan.
Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung masyarakat yang sehat
secara mandiri, akan berdampak pada upaya untuk mewujudkan pencapaian tujuan
MDG’s di bidang Kesehatan, yaitu Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan,
Menurunkan Angka Kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu, dan Memerangi
HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya.
Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam mencapai tujuan
MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin dengan memanfaatkan daun Katuk
dan Lobak sebagi sayur dan biji jagung tua yang disangrai untuk memperlancar
keluarnya ASI dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif. Pemanfaatan daun Kacang
Panjang, daun Dadap Serep, dan Bawang Merah untuk mengobati payudara
bengkak (mastitis) dengan cara ditumbuk dan ditempelkan ke seluruh payudara,
kecuali pada puting susu. Jeruk nipis dicampur dengan kapur sirih
dan minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan perut setelah
melahirkan. Dalam menjaga kesehatan anak, bisa menggunakan Temulawak dan Beras
Kencur untuk menambah nafsu makan. Jika anak demam, dapat diobati dengan
memanfaatkan daun Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan air kemudian diminum,
selain itu dapat memanfaatkan daun Dadap Serep dan daun Kembang Sepatu yang
diremas-remas dan ditempelkan di kepala anak. Pemanfaatan pijat pada anak yang
sudah ada turun temurun di Indonesia untuk memperlancar peredaran darah dan
meningkatkan kebugaran pada anak. Pemanfaatan daun Jambu Biji yang masih muda
dapat digunakan dalam penanggulangan diare pada Balita sedangkan untuk
mengobati disentri, bisa memanfaatkan daun Sambiloto kering yang direbus atau
menggunakan daun Patikan Cina yang dicampur dengan Bawang Merah dan Pulosari.
Tanaman Serai dan Lavender bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk.
Pemanfaatan TOGA/Jamu untuk memelihara kesehatan yang berimplikasi pada
peningkatan Usia harapan Hidup seperti daun Landep Segar dan Gandarusa sebagai obat
pegal linu dan masih banyak hal-hal lain dari bumi Indonesia yang belum tergali
pemanfaatannya untuk kesehatan.
2. PRILAKU
. A. Definisi
Suatu reaksi psikis
seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2,
yakni :
1) Dalam
bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)
2) Dalam
bentuk aktif (dengan tindakan konkrit)
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan
jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan
refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
Pengertian perilaku menurut para ahli ;
·
Soekidjo
Notoatmodjo, 1987 : segala
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.
·
Robert Y. Kwick , 1972: tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati dan bahkan dipelajari.
·
Ensiklopedi Amerika
: suatu aksi dan reaksi organisme terhadap
lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan,
dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku
tertentu pula.
·
Skinner : respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar.teori Skinner disebutteori “S-O-R” ( Stimulus
– Organisme – Respon). , perilakudibedakanmenjadidua :
–
Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. (REPORT THIS AD )
–
Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain.
B.
Proses Pembentukan Perilaku
Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut
antara lain :
1) Persepsi
pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
2) Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk
mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini
diwujudkan dalam bentuk perilaku
3) Emosi
Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis
yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan
keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai
kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang
sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena
emosi merupakan perilaku bawaan.
4) Belajar
Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku
dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964)
mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari
perilaku terdahulu.
Proses
pembentukan perilaku
·
Perilaku manusia
terbentuk karena adanya kebutuhan
·
Motivasi
–
Motivasi yang terbaik adalah motivasi
yang datang dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik), bukan pengaruh
lingkungan (motivasi ekstrinsik)
·
Faktor perangsang
dan penguat
·
Pengaruh sikap dan
kepercayaan
–
Memberi hadiah dalam bentuk penghargaan,
pujian, piagam, hadiah, promosi pendidikan dan jabatan
–
Kompetisi atau persaingan sehat
–
Memperjelas tujuan atau menciptakan
tujuan antara (pace making)
C.
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Terdapat beberapa
tahapan yang dilalui,tahap tersebut antara lain :
·
Tahap mengetahui
fakor : pengetahuan
(knowledge)
Adalah hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga). Dengansendirinya,
pada waktupenginderaansampaimenghasilkanpengetahuantersebutsangat dipengaruhiolehintensitasperhatiandanpersepsiterhadapobjek.
·
Tahap memahami (comprehension)
merupakan tahap memahamisuatuobjekbukansekedartahu atau
dapat menyebutkan,
tetapi juga dapat menginterpretasikan secarabenartentangobjek.
·
Tahap aplikasi (application)
yaitu jika orang
yang telah memahami objek yang dimaksud dapat mengaplikasikan prinsip
yang diketahui pada situasi yang lain.
·
tahap analisis (analysis)
Merupakan kemampuan seseorang menjabarkan
dan atau memisahkan. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkatan
alisis jika dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram pada pengetahuan atas objek tersebut.
·
tahap sintesis (synthesis)
kemampuan seseorang untuk merangkum suatu hubungan logis dari
komponen
komponen pengetahuan yang dimiliki.
·
Tahap evaluasi (evaluation)
Kemampuanseseoranguntukmelakukan penilaianterhadapsuatuobjek.
Faktor menurutGreen factor:
·
Faktor predisposisi
(predisposing factors)
Yaitu factor ; Yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai dan tradisi.
·
Faktor pemungkin (enabling
factors)
Yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku
atau tindakan antara lain umur, status sosialekonomi, pendidikan,
prasarana dan sarana serta sumberdaya.
·
Faktor pendorong atau
penguat (reinforcing factors)
faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku
misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.
D.
Macam – macam Perilaku
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat
diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk
perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku
dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi.
Macam – macam perilaku menurut para ahli
·
Bloom (1956)
– Coqnitive
Yang
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
– Affective
Berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
– Psikomotor
Berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
·
Ki Hajar Dewantara
– Cipta
– Rasa
– Karsa atau Peri akal
– Peri rasa
– Peri tindakan
·
Ahli lain
–
Pengetahuan,
–
Sikap
–
Tindakan
F. Pengembangan Perilaku
Perkembangan
manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek
biologis. Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi,
inteligensi maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan
atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut.
1. Perkembangan
Fisik dan Perilaku Psikomotorik
a.
Perkembangan fisik
Perkembangannya
fisik ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1)
Perkembangan anatomis
Perkembangan anatomis
ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang belulang.
Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis
keajegan badan badan secara keseluruhan.
2)
Perkembangan fisiologi
Perkembangan
fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif,
kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti konstraksi
otot, peredaran darah dan pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjcar dan
pencernaan.Aspek fisiologi yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah
otak (brain).
b.
Perkembangan
perilaku psikomotorik
Perilaku
psikomotorik memerlukan koordinasi fungsional antara neuronmuscular system
(persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif)
1)
Berjalan dan Memegang Benda
2)
Bermain dan Bekerja
3) Proses Perkembangan Motorik
2. Perkembangan
Bahasa dan Perilaku Kognitis
a.
Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti
dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik
muka..Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat
anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Perkembangan bahasa dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu:
1) Faktor Kesehatan.
2) Inteligensi
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya.
3) Status Sosial Ekonorni Keluarga.
4) Jenis kelamin (Sex).
5) Hubungan Keluarga.
b.
Perkembangan Bahasa
dan Perilaku Kognitif
Istilah “cognitive”
berasal dari kata cognition yang padanannya knowing,
berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi)
ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu
domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan., Jean Piaget (sebut: Jin
Piasye), mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahapan:
1) Tahap sensory-motor yakni
perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
2) Tahap pre-operational, yakni
perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
3) Tahap concrete-operational,
yang terjadi pada usia 7-11 tahun
4) Tahap formal-operational,
yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun
Terdapat hubungan
yang amat erat antara perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.Bahasa
merupakan sarana dan alat yang strategis bagi 1ajunya perkembangan perilaku
kognitif.
3. Perkembangan
Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
a.
Perkembangan
Perilaku sosial
Secara
potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon),
kata Plato.
1) Proses sosialisasi dan perkembangan sosial
Secepat individu
menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula
menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogianya ia perbuat seperti yang
diharapkan orang lain.
2) Kecenderungan Pola Orientasi Sosial
b.
Perkembangan
Moralitas
1) Perkembangan Moral
Istilah moral
berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat
peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan.
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Moral
Perkembangan moral
seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan Anak memperoleh nilai-nilai
moral dan lingkungannya dan orangtuanya.. Beberapa sikap orangtua yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan Perkembangan moral anak, di antaranya sebagai
berikut.
a) Kolsisten
dalam rnendidik anak
b) Sikap
orangtua dalarn keluarga
c) Penghayatan
dan pengamalan agama yang dianut
d) Sikap
orangtua dalam menerapkan norma Perkembangan Penghayatan Keagamaan
4. Perkembangan
Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian
Perkembangan
Fungsi-Fungsi Konatif dan Hubungannya dengan Pembentukan Fungsi konatif atau
motivasi itu merupakan faktor penggerak perilaku manusia yang bersumber
terutama pada kebutuhan-kebutuhan dasarnya (basic needs).
1.
Perkembangan
Emosional dan Perilaku Afektif
Aspek emosional
dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu melibatkan tiga variabel, yaitu
rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable),
perubahan-perubahan fisiologis, yang terjadi bila mengalami emosi (the
organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atau terjadinya pengalaman
emosional itu (the response variable).
2.
Perkembangan
Kepribadian
Kepribadian
merupakan terjemahan dan Bahasa Inggris o7iai’t’ istilah personality secara
etimologis berasal dan bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare”
(menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno
untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi. Personare
adalah bahwa pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus
keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.Keunikan
penyesuaian sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu
meliputi hal-hal berikut.
1)
Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pen laku, konsisten
atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2)
Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
3)
Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat
positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
4)
Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan
dan lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus
asa.
5)
ResponsibilitaS (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan tindakan
atau perbuatan yang dilakukan.
6)
Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal,yang tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepribadian
Kepribadian
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan
(seperti: fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).
1)
Fisik. Faktor yang dipandang mempengaruhi
perkembangai kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau
tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau
sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ
tubuh.
2)
Inteligensi. Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya.
3)
Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan
kepribadian anak.
4)
Teman sebaya (peer group). Setelah
masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota
dan kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatiannya untuk
mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau dikagumi oleh
teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan orangtuanya.
5)
Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat
(bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki tnadisi, adat, atau kebudaya yang
khas.
2.
Perilaku Perawat
Profesional
Secara umum tenaga
professional sering diidentifikasi sebagai:
·
seorang yang
seriusterhadapperkerjaannya,
·
berpenampilan sangat
baik, dan mendemonstrasikan etik dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya (Ellis
dan Hartley, 1980)
Tenaga profesional
dalam bekerja tedak lepas dari 4 esensi profesionallisme,yaitu :
–
Kompetensi
–
Standar etik yang tinggi
–
Pengetahuan yang memadahi
–
Wellas asih / kasih sayang
Perilaku perawat yang perofesional :
–
Empati
yaitu kemampuan
untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain.
Empati adalah “menyelaraskan diri” (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar
belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan
dan memikirkannya.
–
Tanggung jawab sosial
yaitu kemampuan
untuk menunjukkan bahwa kita adalah anggota kelompok masyarakat yang dapat
bekerja sama, berperan, dan konstruktif.
– Mengelola obat-obatan dengan benar
–
Memonitor melaporkan dan mencatat setiap
perubahan yang terjadi pada kondisi pasien
–
Berkomunikasi secara efektif
–
Gunakan peralatan dengan benar
–
Tahu kebijakan dan prosedur keperawatan
yang ditetapkan rumah sakit dan lembaga keperawatan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
PERENCANAAN DI
PROGRAM YANKESTRAD PUSKESMAS PERUMNAS KABUPATEN LAHAT
Puskesmas Perumnas melakukan Perencanaan berdasarkan permasalahan yang
ada di puskesmas dengan mengacu pada Permasalahan yang ada di tahun sebelumnya.
Dari permasalahan tahun sebelumnya, maka akan terlihat capaian kinerja yang
tidak tercapai, sehingga dari capaian yang tidak tercapai tersebut dibuatlah
Perencanaan tindakan Pukesmas dengan maksud di tahun berikutnya, program yang
tidak tercapai target bisa tercapai targetnya dan permasalahannya teratasi.
Berikut adalah Perencanaan Program Yanketrad dengan merujuk permasalah
yang ada sebelumnya.
1. Di wilayah
Puskesmas Perumnas Belum terdatanya pelayanan kesehatan di wilayah kerja yang
berkaitan dengan Yankestrad
2. Di
wilayah Puskesmas Perumnas belum terdatanya dukun / orang pintar.
3. Di
Puskesmas Perumnas dan wilayah kerja belum ada TOGA
4. Di
puskesmas Perumnas belum terbentuknya TOGA pada setiap Posyandu
5. Di
Puskesmas Perumnas, Program pelayanan Yankestrad dilakukan oleh petugas kesehatan
bukan khusus pendidikan Kestrad
6. Masyarakat
wilayah kerja Puskesmas Perumnas belum banyak yang tahu tentang program
Yankestrad.
Dari Permasalahan
tersebut dapat dibuat Perencanaan yang di masukan pada Perencanaan Tingkat
Puskesmas pada tahun berikutnya yaitu kegiatan sebagai berikut :
1. Dilakukannya
pendataan tentang Pelayanan Kestrad yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas
2. Di
lakukannya pendataan Dukun / orang pintar yang melakukan praktek Kestrad.
3. Pembuatan
TOGA di Puskesmas Perumnas sebagai contoh awal bagi masyarakat wilayah kerja
4. Membuat
Toga pada setiap Posyandu
5. Melakukan
pelatihan kepada petugas Yankestrad.
6. Melakukan
sosialisasi tentang Pelayanan Yankestrad
Setelah melakukan perencanaa di Puskesmas Perumnas, maka Perencanaan
tersebut dimasukan di dalam RKA Puskesmas Perumnas yang akan dilakukan di tahun
berikutnya, dengan harapan, semua kegiatan yang telah dirancang, dapat
benar-benar dilaksanakan di tahun berikutnya.
B.
KAITAN PERENCANAAN
PROGRAM YANKESTRAD DENGAN TINGKAH LAKU
Berikut Perencanaan kegiatan
Puskesmas Perumnas berdasarkan program Yankestrad yang akan dikaitkan dengan
Tingkah laku. Baik dari tingkah laku Petugas maupun tingkah laku masyarakat
wilayah kerja puskesmas perumnas.
1. Dilakukannya
pendataan tentang Pelayanan Kestrad yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas
Hubungan
dengan Tingkah Laku :
·
Petugas : Petugas menjalankan tugasnya dalam hal pendataan Pelayanan
Kestrad yang ada di wilayah kerja Puskemas Perumnas
·
Masyarakat : Mau memberikan informasi tetang data yang dicari oleh
Petugas Puskesmas (berplilaku positif)
3.
Di lakukannya pendataan Dukun / orang pintar
Hubungan
dengan Tingkah Laku :
·
Petugas : Petugas menjalankan tugasnya dalam hal pendataan dukun / orang
yang membuka jasa pelayanan kestrad.
·
Masyarakat : Ada yang mau memberikan informasi tentang keberadaan
penyedia layanan kestrad, ada masyarakat yang tidak tahu ada tidak penyedia
layanan kestrad di lingkungannya.
4.
Pembuatan TOGA di Puskesmas Perumnas sebagai contoh awal bagi masyarakat
wilayah kerja
Hubungan
dengan Tingkah Laku :
·
Petugas : Bergotong royong membawa tanaman toga serta saling membantu
dalam pengerjaan pembuatan Toga
·
Masyarakat : Acuh terhadap pelaksanaan yang dilakukan oleh petugas
puskesmas perumnas
5.
Membuat Toga pada setiap Posyandu
Hubungan
dengan Tingkah Laku :
·
Petugas : Memberikan arahan tentang pembuatan toga, serta membantu
masyaraka dalam hal pembuatan Toga
·
Masyarakat : Ada beberapa orang yang tidak membantu pembuatan Toga, dan ada
masyarakat yang antusias melakukan pembuatan toga. Setelah ditanya mengapa ada
yang antusias dan ada yang tidak. Hal tersebut disebabkan karena pemahaman
tentag toga yang kurang.
6.
Melakukan pelatihan kepada petugas Yankestrad.
Hubungan
dengan Tingkah Laku :
·
Petugas : Petugas mau dilakukaan pelatihan, tetapi Pelaksanaan pelatihan
harus mandiri karena tidak di jadwalkan oleh Dinas Kesehatan. Akbiatnya
pelatihan yang diharapkan untuk menambah pengetahuan petugas tidak didapatkan.
(Hubungannya dengan tingkah laku ; tidak ada dukungan dari pemerintah untuk
penambahan wawasan )
7.
Melakukan sosialisasi tentang Pelayanan Yankestrad
Hubungan
dengan Tingkah Laku :
·
Petugas : Petugas mau dan telah menjadwalkan tentang pelaksanaan
Sosialisasi Yankestrad di lingkungan kerjanya. Tetapi, karena peralatan untuk
pelayanan Yankestrad masih banyak yang kurang, maka tidak dilakukan praktek
pelayanan menggunakan alat saat sosialisasi. Yang dilakukan adalah pelayanan
kestrad secara akupresure tanpa alat (Hubungan dengan tingkah laku ; Petugas
antusias dan menerima tugas dengan positif, hanya saja dukungan fasilitas yang kurang terhadap pelaksanaan sosialisasi)
·
Masyarakat : Masyarakat antusias mendengar penjelasan mengenai pelayanan
Yankestrad. Tetapi anggapan masyarakat, pelayanan yankestrad banyak hanya untuk
mengurangi rasa sakit saja, tidak menyembuhkan suatu penyakit. ( Hubungan
dengan tingkah laku ; bahwa masyarakat belum begitu jelas dengan ruang lingkup
Yankestrad, sehingga mereka masih mengutamakan makan obat apabila sakit)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
§ Upaya pelayanan
kesehatan tradisional merupakan pelayanan kesehatan yang secara tidak langsung berperan dalam menunjang pencapaian indikator Renstra Kementerian Kesehatan
melalui pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional ramuan dan ketrampilan
dalam tumbuh kembang balita, kesehatan ibu hamil dan nifas, maupun pemanfaatan
pijat untuk kesegaran tubuh.
§ Tujuan dari Ukestra adalah pelayanan kesehatan tradisional
sendiri yang dapat digunakan
masyarakat dalam mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care).
§ Pembinaan Dan
Pengawasan Pelayanan Kesehatan Tradisional dapat
dilakukan dengan cara Regulasi Pelayanan Kesehatan Tradisional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009. Kedua adalah Pembina Kemitraan dengan berbagai Lintas Sektor terkait dan
organisasi (asosiasi) pengobat tradisional termasuk pengawasan terhadap tenaga
pengobat tradisional baik yang asli Indonesia maupun yang berasal dari luar
negeri. Pilar ketiga adalah Pendayagunaan Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (Sentra P3T).
§ Upaya pembinaan pengobatan tradisional dapat dikembangkan berdasarkan
pola upaya kesehatan Puskesmas, peran serta masyarakat dan rujukan kesehatan.
§ Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Tradisional Melalui Toga sangat membantu perekonomian masyarakat terutama pada
daerah yang mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan.
B. Saran
·
Pelayanan kestrad
harusnya didukung juga dengan sarana dan prasarana serta alat dan fasilitas
yang di butuhkan, sehingga kegiatan pelayanan kestrad ini dapat maju dan
berkembang, yang dapat memberikan efek positif bagi setiap penggunanya.
·
Petugas tidak dapat
bermodalkan ilmu saja yang disalurkan ke masyarakat, tetapi petugas kesehatan
harus memberikan pelayanan praktek langsung ke lapangan, sehingga masyarakat
merasa pelayanan kestrad ini sangat dibutuhkan dan dianggap penting.
DAFTAR PUSTAKA
Dyson, Laurentus.
1998.Pola Tingkah Laku Masyarakat Dalam Mencari Kesembuhan (Berobat).
Surabaya. Lembaga Penelitian UA.
Salan, Rudi dr.
1983. Perilaku, Perilaku Kesakitan, dan Peranan Sakit (Suatu Introduksi). Pusat
Penelitian Penyakit Tidak Menular. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
http://www.ilmukesehatangigi.com/2011/03/23/
http://www.scribd.com/doc/37664698/Referat-Puskesmas-Dan-Posyandu
Komentar
Posting Komentar