TUGAS KELOMPOK MENGAMATI DAN MEMBUATLAPORAN KASUS KLB
MAKALAH
EPIDEMIOLOGI
TENTANG
MENGAMATI
DAN MEMBUAT
LAPORAN
KASUS KLB
DI
RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN
LAHAT
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
DISUSUN
OLEH :
PURNAMA SUSANTI
RAHMA DEWI
BETI HARIANI
SUMIRAH
STIKES
BINA HUSADA
Jl. Jl. Syech Abdul Somad
No 28, Kota Palembang, Sumatera Selatan
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya ucapkan kepada Tugan Yang Maha Esa, karena berkat –Nya jualah
maka Makalah / Tugas Epidemiologi tentang Mengamati dan membuat laporan Kasus
KLB di Rumah Sakit Umum Kabupaten Lahat
terselesaikan tepat waktu.
Saya
yakin dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekeliruhan disana disi, masih
banyak kekurangan yang sebenarnya kurang berkenan oleh Dosen, namun saya harap
dosen memaklumi, Karena ini merupakan proses pembelajaran bagi saya.
Selanjutnya
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan, demi terciptanya makalah
/ tugas yang lebih baik lagi kedepannya.
Akhir
kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesainya Tugas/Makalah ini. Akhir kata saya ucapkan Wassalamualaikum wr.wb
Tertanda
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………………. i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………………….. i
BAB
I PENDAHULUAN
………………………………………………………………... 1
A.
LATAR BELAKANG ……………………………………………………. 1
B.
TUJUAN ………………………………………..……………………….. 1
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 2
A.
DEFINISI …………………………………………………………………. 2
B.
KASUS KERACUNAN …………………………………………………. 2
C.
JENIS JENIS MAKANAN YANG TERKENA
RACUN ….…….…… 2
D.
CARA MENGEGAH ………………………..…………………………. 3
BAB III
METODELOGI PENELITIAN ……………………………………………… 5
1.
LOKASI………………………………………………………..…………. 5
B.
WAKTU ……….………………………………………………..………. 5
C.
METODE
PENGAMATAN ……………………………………………… 5
BAB IV
PEMBAHASAN …………………………………………………………...…… 6
1.
HASIL…………………………..………………………………..…………. 6
2.
JUMLAH
KORBAN ……………………………………………..………. 6
3.
MASA
INKUBASI …………………………………………………..…… 7
4.
JENIS
MAKANAN ………………………….…………………………… 7
5.
PERHITUNGAN
AR …………………………………………………… 7
6.
MENGHITUNG
CFR ……………………………………………………… 7
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN …………………………………………………………… 8
B.
SARAN …………………………………………………………………… 8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makanan merupakan sumber
energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah penduduk yang terus berkembang,
maka jumlah produksi makananpun harus terus bertambah melebihi jumlah penduduk.
Apabila kecukupan pangan kurang maka pemerintah harus berfikir keras bagaimana
caranya mencukupi kebutuhan pangan tersebut. Permasalahan yang dapat timbul
sebagai akibat dari produksi makanan adalah kualitas dan kuantitas bahan
pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang yang
makan itu sebetulnya bermaksud mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup,
dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan
menjadi sangat penting adanya.
Diperkirakan
satu dari tiga orang penduduk di negara maju mengalami keracunan pangan setiap
tahunnya. Bahkan di Eropa, keracunan pangan merupakan penyebab kematian kedua
terbesar setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau ISPA.
Di
Rumah sakit Umum Kabupaten Lahat pada 11 Mei 2019, pernah terjadi KLB keracunan
yang mana kejadian tersebut menimpa pegawai rumah sakit itu sendiri. Kurang
lebih 45 orang pegawai rumah sakit Kabupaten Lahat mengalami mual dan muntah
setelah mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh pihak catering Rumah sakit. Kejadian
ini cukup menghebohkan warga Kabupaten Lahat, namun karena kejadian tersebut
terjadi di Rumah sakit, maka permasalahan cepat teratasi.
World
Health Organization (WHO) mendefinisikan Kejadian Luar
Biasa (KLB) keracunan pangan atau dikenal dengan istilah “foodborne disease
outbreak” sebagai suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang
menderita sakit setelah mengkonsumsi pangan yang secara epidemiologi terbukti
sebagai sumber penularan. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia mempunyai
makna sosial dan politik tersendiri karena peristiwanya sering sangat mendadak,
mengena banyak orang dan dapat menimbulkan kematian.
B. TUJUAN
·
Mahasiswa dapat mengamati kasus KLB
di Lingkungan sekitar
·
Mahasiswa dapat menindak lanjuti
kejadian KLB
·
Mahasiswa dapat membuat Laporan KLB
BAB
II
TINJUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian
Luar Biasa (KLB) penyakit akibat pangan (Foodborne disease outbreak)
adalah kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit
dengan gejala-gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi suatu
pangan dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai
penyebabnya.
Menurut UU No. 4 Tahun
1984, kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurung waktu tertentu.
B.
Kasus Keracunan
Kasus keracunan makanan di Indonesia
banyak memakan korban. Bahkan sampai terjadi kematian. Berita mengenai pesta
pernikahan, ulang tahun, penyediaan makanan karyawan dan sebagainya adalah
beberapa contoh kegiatan yang melibatkan penyediaan makanan yang berpeluang
memunculkan keracunan
Keracunan makanan merupakan sejenis
penyakit saluran pencernaan yang disebabkan makanan yang dimakan telah tercemar
racun, biasanya bakteri. Bakteri yang menghasilkan racun disebut juga toksin.
Penyebab keracunan bisa disebabkan oleh serangga, bahan kimia, racun, dan
beberapa jenis tumbuhan.
C. Jenis
– Jenis Makanan yang Terkena Racun
1. Makanan
yang sudah basi
2. seafood,
daging telur
3. Masakan
yang digoreng setengah matang tetapi tercemar oleh kuman,dll.
Makanan-makanan
ini terkena racun biasanya saat penyimpanan (sebelum makanan dimasak), saat
proses pembuatan, dan penyimpanan setelah makanan siap disajikan. Biasanya
antara 3-24 jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkena racun, akan membawa
dampak seperti muntal, mual, diare, keram perut disertai demam, dan dehidrasi.
Dehidrasi penanganannya adalah menggantikan cairan yang keluar. Korban
keracunan tidak boleh dehidrasi. Jadi sebaiknya berikan air putih yang banyak.
D. Cara Mencegah
Anjuran
untuk mencegah terjadinya keracunan makanan :
· Jangan makan makanan yang basi. Kenali makanan
basi dari ciri, bentuk dan rasa.
· Jangan mencicipi makanan yang sudah rusak.
· Pada saat belanja di pasar atau swalayan, ambil
terlebih dahulu belanjaan selain makanan, kemudian bahan makanan yang dikemas
kaleng, terakhir baru makanan segar.
· Periksa bahan makanan kaleng. Jangan membeli
kemasan yang sudah rusak.
· Jangan minum susu, telur, dan ikan mentah.
Apalagi orang yang menderita sakit atau mempunyai kelainan pada sistem imunitan
(kekebalan tubuh).
· Masaklah
ikan sampai matang dan makanlah ikan segera sesudah dimasak. Jangan sampai
makanan tersisa lebih dari tiga hari.
· Melelehkan
makanan beku harus dengan air dingin biasa, jangan didiamkan pada suhu kamar.
· Selalu
memanaskan makanan sedikitnya bersuhu 65% atau 75%.
· Cuci
bersih peralatan masak, piring, sendok dll.
· Jangan
memotong sayuran di talenan daging sebelum dicuci. Talenan kayu lebih mudah
terkontimansi bakeri dibandingkan talenan plastik.
· Cuci
tangan sebelum dan sesudah mencuci daging.
· Simpan
dan cuci semua peralatan masak. Jangan menaruh daging matang di tempat daging
mentah.
· Cuci
bersih sayuran pada air yang mengalir.
Makanan
biasanya disimpan beberapa hari di lemari es agar lebih awet dan segar. Di
dalam lemari es makanan berpotensi pula terkena racun. Berikut adalah hal yang
perlu diperhatikan.
· Simpan segera daging, sayur, susu, telur dan
bahan makanan segar ke dalam lemari es.
· Buang
makanan yang sudah disimpan terlalu lama, apalagi sudah mengeluarkan bau yang
tidak enak.
· Seringlah
periksa apakah lemari bekerja baik atau dengan temperatur yang sesuai.
· Periksa
jangan sampai air daging menetes.
· Jangan
biarkan makanan dan minuman menumpuk.
Pertolongan
yang dilakukan untuk mencegah keracunan makanan lebih parah:
· Kenali gejala keracunan, seperti kepala
pusing, mual, badan lemas dan dingin. Biasainya gejala ini akan muncul sesudah
memakan atau meminum sesuatu
· Segera
minum susu kental/murni, air kelapa atau air putih yang banyak. Air kelapa
terbukti memiliki khasiat sebagai pengurai dan penawar zat racun.
· Jika
ingin muntah, muntahkan saja jangan ditahan.
· Jika
kondisi tidak berubah dan menunjukkan kondisi yang lebih parah, seperti
kejang-kejang sebaiknya dibawa ke rumah sakit.
BAB
III
METODOLOGI
A. Lokasi
Kasus
keracunan ini terjadi di Rumah sakit Umum Kabupaten Lahat
B. Waktu
Kasus
KLB ini terjadi pada hari Jumat tanggal 10 Mei 2019
C. Metode
Pengamatan
· Pengumpulan
data
· Pengolahan
data
· Analisah
data
· Penarikan
kesimpulan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Kasus
Sripo -
Ria (35) tergolek lemas dengan jarum infus pada punggung lengan kirinya, Jumat (10/05/2019).
Matanya lebih banyak terpejam. Ia lemas, Energinya habis lantaran muntah-muntah
dan buang air akibat keracunan makanan.
Pelita
(45) Ia harus bolak balik ke WC untuk BAB dan muntah + 6 x setelah
akhirnya ia sendiri memutuskan bahwa ia keracunan.
Fatimah
(37) perawat jaga ruang anak, akhirnya berlari ke IGD RSUD untuk duluan meminta
bantua sesame perawat agar diinfus Fatimah mengatakan kepala pusing, mual
muntah serta BAB berulang-ulang kali, serta berkeringat dingin setelah Kurang
lebih 3 jam mengkonsumsi takjil saat berbuka.
Pada saat
Fatimah minta diinfus, salah satu perawat IGD mengtakan hal yang sama kepada
dokter A yang saat itu tengah bertugas.
Sejak
itulah IGD Rumah sakit mulai hiruk pikuk dengan pasien dalam sendiri.
Menurut
Kepala Seksi Pelayanan dan Pengembangan Medik RSUD KAbupaten Lahat, kondisi
pasien yang keracunan itu membaik karena cepat ditangani dengan diberi infus
sehingga asupan makanan yang tidak bisa masuk ke tubuh mereka bisa tergantikan.
Dia memperkirakan dalam waktu beberapa jam kedepan, kondisi para BIdan dan
perawat yang terkena keracunan akan membaik.
Contoh
muntahan mereka akan diperiksa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat untuk
mengetahui penyebab keracunan massal itu,” tuturnya.
Menurut Dokter
A, bisa saja keracunan itu disebabkan masalah makanan yang telah terkontaminasi
dengan sesuatu hal yang membuat keracunan atau pemilihan bahan makanan.
Sementara itu, kondisi fisik orang-orang yang mengonsumsi makanan itu juga
berpengaruh.
”Saat
kondisi fisik sedang buruk, lebih mudah keracunan. Lihat saja, dari sekitar 46 orang
yang makan, yang parah lima orang,” tuturnya.
Kepala
Polsek Kabupaten Lahat masih menyelidiki kasus keracunan massal itu dengan
memeriksa sisa makanan, saksi, termasuk tempat catering dan juru masaknya.
Jumlah Korban
Adapun
jumlah korban
keracunan makanan tersebut yaitu 46 orang dari 113 pegawai rumah sakit yang
ada.
Tabel
3.1 Gejala Keracuan Makanan di Rumah sakit Umum Kabupaten
Lahat
NO
|
GEJALA
|
JUMLAH PENDERITA
|
PERSENTASE
(%)
|
1
|
Pusing
|
35
|
39.55
|
2
|
Mual
|
46
|
50.85
|
3
|
Muntah-muntah
|
46
|
50.85
|
4
|
Diare
|
40
|
45.2
|
|
total
|
46
|
51.98
|
3.
Masa Inkubasi dan Gejala yang Ditimbulkan
Diketahui
bahwa para korban keracunan makanan mulai merasakan gejala keracunan Tak lama
setelah berbuka puasa (perkiraan mulai
pukul 07.30-21.00 wib ) mereka sudah mulai merasakan dampak dari makanan yang
mereka makan. Adapun gejala
yang dirasakan oleh korban yaitu Korban rata-rata mengeluh
pusing-pusing, mual,
muntah-muntah dan
diare.
Deskripsi
lengkap dari gajala yang dialami korban yaitu :
Tabel
3.1 Gejala Keracuan Makanan di Rumah sakit Umum Kabupaten
Lahat adalah ;
4. Jenis Makanan Yang Dikonsumsi Hubungannya
Dengan Angka Kesakitan (Morbiditas)
Jenis makanan yang dikonsumsi yaitu berupa
nasi, telur, tahu,
tempe dan sayur kacang.
Berdasarkan
data tersebut,
dapat pula dideskripsikan hubungan antara menu makanan yang dikonsumsi dengan
jumlah kasus keracunan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data
Hubungan konsumsi Makanan Dengan Kasus keracunan
Di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Lahat
NO
|
Jenis
Makanan
|
Makan
Makanan Tertentu
|
Tidak Makan Makanan Tertentu
|
AR
|
||||||
Sakit
|
Tidak Sakit
|
Total
|
%
|
Sakit
|
Tidak Sakit
|
total
|
%
|
|||
1
|
Bubur
|
46
|
67
|
113
|
40.70
|
0
|
67
|
67
|
0
|
|
2
|
Minuman
|
46
|
67
|
113
|
40.70
|
1
|
66
|
67
|
1.49
|
|
3
|
Roti
|
44
|
69
|
113
|
35.39
|
1
|
66
|
67
|
1.49
|
|
4
|
Buah
|
35
|
78
|
113
|
3.14
|
0
|
67
|
67
|
0
|
5. Perhitungan Attack Rate (AR)
Perhitungan Attack Rate (AR)
data kasus KLB berdasarkan jenis makanan tertentu yang dikonsumsinya. Rumus
umum:
% AR = % sakit (makan) - % sakit (#
makan)
1. Bubur
= 40.70 – 0 = 40.70
%
2. Minuman
= 40.70 – 1,49 = 39.21%
3. Roti
= 35.39-1.49 = 33,9%
4. Buah
= 3.14-0 = 3.14 %
Attack Rate
Keseluruhan
6. Menghitung Case
Fatality Rate (CFR)
Jumlah
orang yang meninggal dari
kasus KLB tersebut Tidak ada, jadi Case Fatality
Rate (CFR)nya adalah 0 %
Jadi,
angka kematian untuk kasus keracunan yaitu CFR 0 %.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Gejala yang timbul akibat peristiwa KLB
RSUD Kabupaten Lahat yaitu Korban rata-rata mengeluh
pusing-pusing, mual,
muntah-muntah dan
diare. Dengan
presentasi gejala yaitu pusing 39.55 (46 orang), Mual 50.85 % (46 orang), Muntah-muntah 50.85 (46 orang), dan Diare 45.2% (46 orang).
- Perhitungan Attac
Rate (AR) keseluruhan data
kasus KLB di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Lahat berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsinya, yaitu : 29,23
%. Dengan angka Case
Fatality Rate (CFR) yaitu 0 %.
B. SARAN
Sebaiknya
saat pengolahan makanan, kebersihan makanan dan peralatan yang digunakan itu
diutamakan karena bisa saja keracunan itu disebabkan
masalah kebersihan makanan atau pemilihan bahan makanan. Sementara itu, kondisi
fisik orang-orang yang mengonsumsi makanan itu juga berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Lee, Antony.
2012. KLB CILEBUT : 223 Warga Keracunan Makanan. http://kompas.com (diakses
pada tanggal 12 April 2013)
Purnama,
Destur. 2012. Pengertian Kejadian Luar Biasa (KLB). http://www.muslimedica.com/2012/11/pengertian-kejadian-luar-biasa-klb.html?m=1 (diakses pada tanggal 5 Mei 2013)
Amelia, Winda.
2010. Kejadian Luar Biasa. http://windaamelia.wordpress.com (diakses pada tanggal 5 Mei 2013)

Komentar
Posting Komentar