UTS Critical Apresial ( Semester-2)
Nama : Purnama
Susanti
Nim : 19131011128
Dosen Pengampuh : Prof Dr Supli Effendi Rahim.MSc
Mata Kuliah : * Telaah
Kritis

1.
Jelaskan mengapa telaah kritis itu penting,
dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk kepentingan akademik. Nilai 15
Jawab :
Menguasai kemampuan untuk melakukan telaah kritis memberikan
banyak keuntungan, baik untuk kehidupan sehari hari maupun dalam akademik.
Kemampuan telaah kritis penting untuk dikuasai karena banyak permasalahan dan
informasi yang dipublikasikan media social. Berita berita yang beredar tersebut
mesti ditelaah terlebih dahulu untuk mengetahui kevalidan infoemasi agar kita
tahu, layak atau tidak suatu berita untuk di konsumsi secara umum.
Selain
itu, Kemampuan telaah kritis penting untuk dikuasai mahasiwa/i karena banyak
penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah memiliki metode
pengerjaan dan/atau analisa yang kurang baik sehingga tidak valid dan tidak
layak digunakan untuk membuat keputusan klinis. Selain itu, untuk dapat
mengikuti perkembangan yang pesat dalam metode diagnostik maupun terapi dengan
jaminan informasi yang valid dan relevan kita harus menguasai kemampuan
melakukan telaah kritis. Dengan menguasai kemampuan melakukan telaah kritis,
proses pengambilan keputusan akan lebih optimal dan menguntungkan bagi banyak
pihak, serta dapat melindungi klinisi dari potensi kesalahan tindakan.
2.
Jelaskan menelaah sebuah jurnal kesehatan dengan
metode PICO. Nilai 15.
Jawab :
Telaah kritis pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 di
UK dengan menggunakan check-list untuk berbagai studi disain. Telaah kritis
dibagi menjadi 7 poin utama dalam menilai suatu jurnal kedokteran.
1)
Initial assessment
2)
Masalah
3)
Metodologi
4)
Populasi Sampel
5)
Analisa Data dan Hasil
6)
Kesimpulan jurnal
7)
Penialaian Umum
8)
Kesimpulan
Ø
(2) Masalah : Telaah terhadap hipotesis dan
masalah penelitian merupakan bagian penting dalam telaah kritis. Sebuah masalah
akan bermanfaat apabila masalah tersebut relevan dengan masalah kesehatan di
masyarakat. Pendekatan yang digunakan untuk menilai masalah adalah pendekatan
Problem Intervention Comparison Outcome (PICO). Problem adalah menilai apakah
penelitian sudah fokus pada pertanyaan penelitian, Intervention adalah melihat
apakah strategi dan manajemen dijelaskan dengan baik, Comparison apakah tersedia
pembanding atau alternatif, dan Outcome melihat apakah hasil yang diharapkan
atau konsekuensi terhadap pasien teridentifikasi dengan jelas.
PICO merupakan suatu akronim dari kata-kata
berikut:
Ø
P untuk Patient, Population,
Problem
o
Kata-kata ini mewakili
pasien, populasi, dan masalah yang diangkat dalam karya ilmiah yang ditulis
Ø
I untuk Intervention, Prognostic
Factor, atau Exposure
o
Kata ini mewakili
intervensi, faktor prognostik atau paparan yang akan diangkat dalam karya
ilmiah
Ø
C untuk Comparison atau Intervention (jika
ada atau dibutuhkan)
o
Kata ini mewakili
perbandingan atau interpensi yang ingin dibandingkan dengan intervensi atau
pararan pada karya ilmiah yang akan ditulis
Ø
O untuk Outcome yang
ingin diukur atau ingin dicapai
o
Kata ini mewakili
target apa yang ingin dicapai dari suatu penelitian misalnya pengaruh atau
perbaikan dari suatu kondisi atau penyakit tertentu.
3.
Jelaskan dengan contoh bagaimana langkah-langkah
melakukan telaah kritis jurnal kedokteran menggunakan metode EBM . Nilai 20.
Jawab :
Langkah dalam proses
EBM adalah sebagai ber
1. Diawali dengan
identifikasi masalah dari pasien
atau
yang timbul selama proses tatalaksana
penyakit pasien
2.
Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan
dari
masalah klinis tersebut
3.
Pilihlah sumber
yang tepat
untuk mencari
jawaban yang benar
bagi pertanyaan tersebut dari
literatur ilmiah
4.
Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang
didapatkan
untuk menilai validitas (mendekati
kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu
serta
kemungkinan penerapannya pada
pasien
5.
Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan
bukti
tersebut dengan kemampuan klinis anda dan
preferensi
pasien yang seharusnya mendapatkan
probabilitas
pemecahan masalah pelayanan pasien
yang
lebih baik.
6.
Evaluasi
proses penatalaksanaan penyakit /
masalah
pasien anda .. Apakah berhasil atau masih
memerlukan tindakan
lain?
Kemampuan
menelaah secara kritis terhadap suatu
artikel dengan tata
cara tertentu sudah dikenal sejak
lama, namun EBM
memperkenalkan tata cara telaah
kritis menggunakan
lembar kerja yang spesifik untuk
tiap
jenis penelitian (diagnostik, terapi, prognosis,
metaanalisis, pedoman
pelayanan medik dll). Tiga hal
penting
merupakan patokan telaah kritis, yaitu (1)
validitas penelitian, yang dapat dinilai dari
metodologi
/
bahan dan cara , (2) pentingnya hasil penelitian yang
dapat
dilihat dari bagian hasil penelitian, serta (3)
aplikabilitas hasil penelitian tersebut pada lingkungan
kita,
yang dapat dinilai dari bagian diskusi artikel
tersebut.
Praktek
EBM adalah suatu proses yang panjang dan
berkelanjutan,
melakukan pembelajaran/analisis
berdasarkan
masalah yang timbul dari pasien dan
karenanya
bisa menemukan informasi yang penting
dalam
aspek diagnosis, terapi, prognosis atau aspek
lainnya
dari pelayanan kesehatan, antara lain pedoman
pengobatan
dan sebagainya. Melalui proses ini
diharapkan
juga dokter akan memfokuskan topi
Langkah dalam proses EBM adalah sebagai berikut ;
1. Diawali
dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama proses
tatalaksana penyakit pasien
2. Dilanjutkan
dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut
3. Pilihlah
sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut
dari literatur ilmiah
4. Lakukan
telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai validitas
(mendekati kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan
penerapannya pada pasien
5. Setelah
mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut dengan kemampuan
klinis anda dan preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan probabilitas
pemecahan masalah pelayanan pasien yang lebih baik.
6. Evaluasi
proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien anda .. Apakah berhasil atau
masih memerlukan tindakan lain?
Kemampuan menelaah secara kritis terhadap suatu artikel dengan tata cara
tertentu sudah dikenal sejak lama, namun EBM memperkenalkan tata cara telaah
kritis menggunakan lembar kerja yang spesifik untuk tiap jenis penelitian
(diagnostik, terapi, prognosis, metaanalisis, pedoman pelayanan medik dll).
Tiga hal penting merupakan patokan telaah kritis, yaitu
;
(1) Validitas
penelitian, yang dapat dinilai dari metodologi / bahan dan cara ,
(2) Pentingnya
hasil penelitian yang dapat dilihat dari bagian hasil penelitian, serta
(3) Aplikabilitas
hasil penelitian tersebut pada lingkungan kita, yang dapat dinilai dari bagian
diskusi artikel tersebut.
Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang dan berkelanjutan,
melakukan pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul dari pasien dan
karenanya bisa menemukan informasi yang penting dalam aspek diagnosis, terapi,
prognosis atau aspek lainnya dari pelayanan kesehatan, antara lain pedoman
pengobatan dan sebagainya. Melalui proses ini diharapkan juga dokter akan
memfokuskan topic bacaannya pada masalah yang terkait dengan masalah pasien.
4. Buat
telaah kritis terhadap sebuah jurnal kesehatan, nilai 50.
Jawab :
HUBUNGAN
POLA MAKAN DAN TINGKAT STRES TERHADAP KEKAMBUHAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAROK
KOTA
PAYAKUMBUH TAHUN 2017
Pendahuluan
Proporsi
penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia < 70 tahun; penyakit
cardiovascular (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan
kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain menyebabkan sekitar 30%, serta 4%
kematian akibat diabetes. Gastritis merupakan salah satu masalah saluran
pencernaan yang paling sering terjadi dan paling sering dijumpai di klinik
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopatologi.
Gastritis
dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari suatu
penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup seseorang.(1),(2) Badan
penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia dan
mendapatkan hasil dari angka persentase kejadian gastritis di dunia ,
diantaranya Inggris 22% , China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%.
Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi
daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%
dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan angka kejadian 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
Berdasarkan
profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit
dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9 %). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat, gastritis menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak di
Sumatera Barat tahun 2014 yaitu sebesar 86.874 kasus (10,94%).(3),(4),(5),(6)
Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung.
Gastritis dapat
menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis
kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang
gejala gastritis karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang
memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi. Gastritis dapat
mengalami kekambuhan dimana kekambuhan yang terjadi pada penderita gastritis
dapat dipengaruhi oleh pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga
dipengaruhi oleh faktor stres. (7),(8),(9) Pola makan adalah susunan jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu
tertentu terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan, dan porsi makan.
Menu seimbang
perlu dimulai dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan
makanan seimbang dikemudian hari. Kebiasaan makan adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan pengaturan
pola makan. Pola makan yang tidak teratur dan tidak baik dapat menyebabkan
gangguan di sistem pencernaan. Dalam penelitian Sulastri (2012) jumlah dan
frekuensi makan perlu di perhatikan untuk meringankan pekerjaan saluran
pencernaan dimana sebaiknya makan tiga kali sehari dalam porsi kecil. Jenis
makanan merangsang perlu diperhatikan agar tidak merusak lapisan mukosa
lambung.(9),(10),(11) Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak
baik dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam lambung
meningkat.
Peningkatan asam
lambung diluar batas normal akan menyebabkan terjadinya iritasi dan kerusakan
pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan jika peningkatan asam lambung ini
dibiarkan saja maka kerusakan lapisan lambung atau penyakit gastritis akan
semakin parah. Pengaturan pola makan yang tidak baik dan tidak teratur akan
menimbulkan kekambuhan pada penderita gastritis. Oleh karena itu pengaturan
pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan
gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan
gastritis. Seseorang yang sudah menderita gastritis apabila dalam keadaan stres
dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan gastritis.
Pada bulan
Januari - Agustus tahun 2017 diperoleh data tentang kejadian gastritis dari 8
puskesmas yang ada di Kota Payakumbuh, dimana puskesmas yang tertinggi angka
kejadian gastritisnya adalah puskesmas Tarok dengan jumlah 987 orang penderita
gastritis.(18), Adanya peningkatan angka kejadian gastritis di kota Payakumbuh,
terutama angka kejadian gastritis tertinggi di Puskesmas Tarok, sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang hubungan pola makan dan tingkat stres terhadap
kekambuhan gastritis di wilayah kerja puskesmas Tarok kota Payakumbuh pada
tahun 2017 . Sehingga kedepannya diharapkan penyebab kasus pada penderita
gastritis ini dapat diperbaiki agar dapat mengurangi dari angka kejadian dan
kekambuhan gastritis ini.
Tujuan penelitian
1. Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola makan dengan kekambuhan gastritis.
2. Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat stres dengan kekambuhan
gastritis.
Metode penelitian
Jenis penelitian yang ini adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional study. Penelitian ini
dilakukan setelah mendapat kelayakan etik (ethical clearance) dari Komisi Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan nomor surat
536/KEP/FK/2017.
ANALISIS DENGAN FORMAT PICO
1.
POPULASI dan SAMPEL
Populasi penelitian ini adalah semua
pasien dengan kejadian gastritis di Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh tahun 2017
dengan jumlah sampel sebanyak 90 responden yang diambil dengan menggunakan
teknik systematic random sampling
2.
INTERVENSI
Kriteria inklusi penelitian ini
adalah penderita yang terdiagnosis mengalami kejadian gastritis dan bersedia
untuk diwawancarai, sedangkan kriteria eksklusi adalah penderita yang tiba-tiba
sakit atau penderita yang tidak bisa ditemui setelah dua kali kunjungan. Penelitian
ini dilakukan setelah mendapat kelayakan etik (ethical clearance) dari Komisi
Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan nomor surat
536/KEP/FK/2017. Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dari wawancara menggunakan kuesioner, sedangkan data
sekunder berupa pencatatan dan pelaporan kejadian gastritis dari bulan Januari
sampai Oktober 2017.
3. COMPARASION
Pembanding
pada jurnal ini adalah kelompok responden dari berbagai usia mulai Usia 12
tahun sampai >65 Tahun dengan Pola
makan ( baik dan kurang baik ) dan Tingkat stress ( sedang dan berat)
4. OUT CAME
Berdasarkan hasil penelitian bahwa
penderita gastritis yang diteliti terbanyak pada responden dengan kelompok umur
46-55 tahun ( 27,8 % ) dimana rata-rata umur responden adalah 44,74 ±15,307 , penderita
gastritis yang diteliti terbanyak pada responden dengan jenis kelamin perempuan
(72,2 %). penderita gastritis yang diteliti terbanyak pada responden dengan
pendidikan SD dan SMA (62,2 %).bahwa penderita gastritis yang diteliti
terbanyak pada responden Ibu rumah tangga ( 34,4%).mayoritas responden
mengalami kekambuhan 55,6%, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pola
makan yang baik 80%.bahwa mayoritas responden memiliki tingkat stres berat
26,7%, bahwa antara pola makan kurang baik dengan kekambuhan gastritis memiliki
hubungan yang signifikan. bahwa antara tingkat stres berat dan cukup berat
dengan kekambuhan gastritis memiliki hubungan yang signifikan.
5. TIME
Dalam
penelitian ini, Penulis tidak menjelaskan kapan penelitian ini dilakukan,
penulis hanya menjelaskan pengambilan sampel dilakukan di bulan Januari sampai
Oktober 2017
MANFAAT DAN
KEKURANGAN
1. Manfaat
Bisa
mengetahui Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis
2. Kekurangan
a.
Tidak terdapat waktu penelitian dalam jurnal.
b.
Dalam
penelitian tidak menjelaskan bagaimanacara mengatasi dan meminimalisir kejadian
Gastritis
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Mayoritas responden berumur antara 46-55 tahun 27,8 %. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada usia tersebut mungkin merupakan rentang usia
produktif dan disertai dengan adanya kemunduran biologis terhadap fungsi organ
tubuh. Tekanan dan tugas yang berlebihan pada usia produktif akan mempengaruhi
pola makan yang kurang selektif dan juga mempengaruhi psikologis seseorang.
Menurut Gustin (2011) menyatakan bahwa pada usia produktif sering berhadapan
dengan tantangan dan apabila tidak dapat mengatasinya maka akan berpotensi
menjadi sumber stres. Menurut Maulidiyah (2006) bahwa pertambahan usia pada
usia produktif ini juga akan menimbulkan beberapa perubahan baik fisik maupun
mental yang lebih lanjut, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran biologis
terhadap fungsi organ tubuh yang berperan dalam mempertahankan dan menciptakan
kesehatan yang prima. Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
gastritis dibanding usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga mudah
terinfeksi Helicobacter pylori dan gangguan autoimun.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan
kekambuhan gastritis. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres
dengan kekambuhan gastritis.
2. Saran
Untuk menghindari Gastritis, seseorang
harus menghindari makanan yang merangsang seperti rasa masam dan pedas, selain
itu pola makan yang teratur akan membantu mengurangi tingkat kekambuhan. Selanjutnya
mengelola stress dengan baik adalah salah satu cara agar gastritis tidak
kambuh.
Komentar
Posting Komentar