UTS Metodelogi Penelitian ( Semester-2 )


Nama                           :     Purnama Susanti
Nim                             :     19131011128
Dosen Pengampuh     :     Prof Dr Supli Effendi Rahim.MSc
Mata Kuliah                 :     *    Metodelogi Penelitian
 


1.       Jelaskan mengapa penelitian itu penting, dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk kepentingan akademik. Nilai 15
Penelitian merupakan serangkain kegiatan yang memiliki tujuan untuk memperoleh informasi atau data yang akan dibutuhkan sebelum melakukan suatu riset atau eksperimen tertentu. Penelitian terdiri dari penelitian yang bersifat ilmiah dan non ilmiah. Tujuan dari penelitian adalah, untuk mengetahui, dan membandingkan antara data yang dihasilkan dari penelitian dengan fakta yang terjadi di masyarakat. Memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat. Memeberikan jawaban dan solusi yang tepat bagi masyarakat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua unsur penting yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan bagi perkembangan peradaban dan kemajuan suatu negara bahkan dunia sekalipun. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua elemen yang bisa merubah peradaban dan kebiasaan lama yang bersifat stagnasi (dogmatis) menjadi kebiasaan yang bisa merubah atau membentuk kebudayaan atau tradisi baru yang lebih berguna bagi masyarakat dunia. Banyak penemuan-penemuan ataupun inovasi yang telah ditemukan mulai dari zaman pra sejarah (megalitikum, mesolitikum, dan nelitikum) hingga zaman sejarah sekarang ini, dari mulai peradaban manusia yang sangat rendah, revolusi industri di inggris dan prancis hingga zaman modern merupakan peran dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin dikenal dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Penelitian dan eksperimen merupakan komponen atau bagian yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena dengan penelitian dan eksperimen ini akan dihasilkan dan ditemulan temuan-temuan (inovasi) yang bersifat ilmiah dan dapat teruji kebenarannya. Sehingga dari penelitian dan eksperimen ini, para ilmuan bisa menjawab dan memberikan solusi yang tepat dalam memberikan jawaban serta solusi tepat dari berbagai macam masalah yang dihadapi umat manusia di muka bumi ini. Para ilmuan melakukan riset dan penelitian untuk meneliti dan mencari data-data yang diperlukan ketika mereka akan melakukan suatu eksperimen atau percobaan. Sehingga penelitian merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam dunia pengetahuan dan teknologi. sebelum melakukan riset atau eksperimen, penelitian juga dianggap sebagai bukti penguat penemuan-penemuan yang sebelumnya telah ditemukan.
2.       Jelaskan apa itu metode penelitian kuantitatif, metode kualitatif dan metode gabungan. Nilai 15.

(1)          Penelitian Kuantitatif (Eksperimental)

Metode kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran yang kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.
jenis metode ini digunakan ketika peneliti ingin mengetahui hasil treatment atau perlakuan tertentu terhadap suatu kelompok masyarakat untuk membuat rekomenadasi atau evaluasi sebuah kebijakan. Riset eksperimental menggunakan satu grup yang akan menerima treatment, dan satu atau lebih grup lain yang tidak menerima treatment. Hasil penelitian merupakan hasil perbandingan antara dua atau beberapa grup tersebut. Apabila hasil antara grup yang menerima treatment dengan yang tidak menerima treatment relatif sama, maka perlakuan atau kebijakan atau treatment yang diterapkan bisa dibilang tidak efektif. Namun apabila hasilnya berbeda secara signifikan, artinya treatment tersebut efektif.
Sebagai contoh, penelitian tentang pemasangan alarm rokok untuk mengurangi jumlah perokok di ruang publik. Di beberapa ruang publik seperti tempat pemberhentian bis dipasang alarm rokok, yang apabila ada orang merokok di sekitarnya akan berbunyi. Beberapa tempat pemberhentian bis yang lain tidak dipasang alarm rokok. Kita asumsikan, eksperimen ini ingin menunjukkan bahwa memasang alarm rokok di ruang publik akan lebih efektif untuk mengurangi jumlah perokok daripada misalnya, memasang tulisan dilarang merokok atau menerapkan aturan pemerintah anti-rokok. Apabila hasilnya proporsi orang yang merokok di halte bus yang dipasangi alarm lebih sedikit, maka kita bisa katakan, treatment memasang alarm rokok adalah cara yang efektif untuk mengurangi jumlah perokok di ruang publik.
(2)          Penelitian Kualitatif

Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.(Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif).


          Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut :
a.       Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
b.       Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku.

 

Karakeristik Penelitian Kuantitatif


Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:             6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 : 11; Johnson, 2005; dan Kasiram 2008: 149-150):

a.       Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau top-down), yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.
b.       Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari hal-hal yang bersifat subjektif.
c.       Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
d.      Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.
e.       Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
f.       Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan mengguna-kan alat yang objektif dan baku.
g.       Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data.
h.       Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
i.        Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
j.        Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-teknik statistik.
k.       Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi.
l.        Penelitian jenis kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah
Langkah-langkah atau prosedur penelitian tersebut kemudian oleh Jujun S. Suriasumantri divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Metode Ilmiah Penelitian

 


(3)          Penelitian Campuran ( Mix Method )
Penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif untuk menyelesaikan masalah penelitian (Creswell, 2012). Menurut Sugiyono (2016), metode penelitian campuran merupakan metode penelitian dengan mengkombinasikan antara dua metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam suatu kegiatan penelitian sehingga akan diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif.

Desain penelitian campuran adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis dan menggabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif dalam satu studi atau penelitian untuk menyelesaikan masalah penelitian (Creswell, 2012). Menurut Fraenkel & Wallen (2009), metode penelitian campuran melibatkan penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu penelitian, kedua metode memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang masalah-masalah penelitian.

Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan metode penelitian metode campuran adalah untuk menemukan hasil penelitian yang lebih baik dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu pendekatan saja, misalnya menggunakan pendekatan kuantitatif saja atau dengan pendekatan kualitatif saja (Creswell, 2012).

Tujuan penelitian metode campuran adalah penelitian secara keseluruhan, tentang informasi mengenai unsur-unsur penelitian kuantitatif dan kualitatif, dan memiliki alasan yang rasional mengapa mencampur dua metode tersebut dalam satu penelitian. 

 

Prosedur Metode Gabungan

Di dalam penelitian campuran, penting kiranya mempertimbangkan terlebih dahulu sejumlah aspek penting dalam merancang prosedur-prosedur untuk penelitian. (Creswell:2003) menjelaskan ada beberapa aspek prosedur dalam penelitian metode campuran, yaitu:
1.             Timing (waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekuensial) atau dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu (konkuren).
2.             Weigthing (bobot)
Bobot dalam penelitian metode campuran ini perlu diprioritaskan, karena bobot itu bisa saja seimbang dan bisa juga lebih berat ke satu metode daripada metode lainnya.
3.             Mixing (pencampuran)
Mencampurkan data, dalam pengertian lebih luas mencampur rumusan masalah, filosofi, dan interpretasi penelitian. Mencampurkannya bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat data kualitatif terdiri dari teks-teks dan gambar-gambar, sedangkan data kuantitatif terdiri dari angka-angka.
4.             Teorizing (teorisasi)
Dalam prosedur metode campuran, perspektif teoretis yang akan menjadi landasan bagi keseluruhan proses atau tahap penelitian.

 

Jenis Penelitian Campuran

1. Menggabungkan (Mixing) Beberapa Data Kuantitatif

2. Menyatukan (Combining) Data Kuantitatif dan Kualitatif

3. Pandangan Dunia tentang Integrasi berbagai Pertanyaan dan Metode

4. Pengembangan Prosedur Penelitian Campuran

5. Advokasi untuk Desain Berbeda

6. Periode Reflektif


3.       Jelaskan dengan contoh yang dilakukan pada jurnal ilmiah tentang bagaimana merancang penelitian kesehatan. Nilai 20.
DEFINISI Design research atau rancangan penelitian adalah
suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian

Rancangan penelitian kesehatan berdasarkan klasifikasi penelitian Rancangan Jenis Contoh Observasional (non- eksperimen) Deskriptif Analitik Lap kasus Studi kasus Survei Cross sectional Kasus kontrol Kohort Eksperimen Laboratorium Klinik Epidemiologi Biomedik Trial klinik Intervensi komunitas


PENELITIAN OBSERVASIONAL
Penelitian observasional dibedakan tiga pendekatan: – Cross Sectional – Kasus Kontrol/ Retrospektif – Cohort / Prospektif

CROSS SECTIONAL – Penelitian Cross Sectional adalah penelitian observaional dimana pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan – Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas dan variabel tergantung maupun tidak – Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur – Populasinya adalah: Semua Wanita Usia Subur (baik yang menggunakan depo provera maupun tidak, serta baik yang obesitas maupun tidak) – Cara pengambilan data, setiap responden diambil datanya untuk dua variabel sekaligus – Setiap responden (WUS) dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami obesitas atau tidak.

INSTRUMEN – Survey – Wawancara – Isian kuesioner 7

CIRI-CIRI PENELITIAN ¨ Observasi terhadap variabel independent (faktor resiko) dan dependent (efek) dilakukan satu kali, pada saat yang sama. ¨ Dapat untuk deskriptif maupun analitik. ¨ Dapat diketahui jumlah subjek yang mengalami efek pada kelompok yang mempunyai faktor resiko dan yang tidak. ¨ Rasio prevalens menggambarkan peran faktor resiko terhadap terjadinya efek. ¨ Paling sering digunakan untuk studi klinik/lapangan. 8

Tahapan CROSS SECTIONAL – Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai – Mengidentifikasi variabel penelitian – Menetapkan subjek penelitian – Melakukan observasi/ pengukuran – Melakukan analisis

Kelebihan Cross Sectional – Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat – Dapat meneliti banyak variabel sekaligus – Kemungkinan subjek “drop out” kecil – Tidak banyak hambatan etik – Dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya

Kelemahan cross sectional – Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat – Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak – Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan durasi sakit yang pendek – Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort – Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit

PENDEKATAN CASE CONTROL – Merupakan penelitian dimana pengambilan data variabel akibat (dependent) dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru diukur varibel sebab yang telah terjadi pada waktu yang lalu (retrospektif) – Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur – Jika penelitian menggunakan pendekatan Retrospektif, maka populasinya adalah: – Semua Wanita Usia Subur yang mengalami obesitas (Kelompok sampel) – Sedang kelompok kontrolnya adalah semua WUS yang tidak mengalami obesitas

Tahapan Case Control 1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai 2. Menetapkan variabel penelitian 3. Menetapkan subjek penelitian 4. Melakukan pengukuran variabel 5. Analisis hasil

Menentukan Kontrol – Batasan Merupakan kelompok yg digunakan sbg pembanding dan memiliki kriteria: 1. Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dgn klp kasus 2. Tidak menderita penyakit yang diteliti 3. Bersedia ikut dalam penelitian

Menentukan Kontrol – Sumber kontrol 1. Pasien rumah sakit yang memenuhi kriteria 2. Dapat diambil dari masyarakat tempat kasus berasal. Subyek studi ayng telah ditentukan dan semua individu yang memenuhi kriteria di daerah tersebut adalah populasi studi kemudian diambil Sampel secara acak untuk menjadi klp kontrol. 3. Teman, saudara, tetangga dan keluarga penderita yang memenuhi syarat

Menentukan Kontrol – Banyaknya kontrol/kasus – Jumlah kasus dan kontrol tidak harus selalu sama, karena: 1. Lebih mudah mencari kontrol dibanding kasus 2. Memperkecil jumlah kasus yg dibutuhkan – Contoh √ 1:2 √ 0,8 √ 1:3 √ 1,5

ODSS RATIO – Odds ratio merupakan ukuran besarnya efek, menjelaskan kekuatan hubungan antara dua nilai data biner – Digunakan pada analisis bivariat dengan desain case control

ODSS RATIO – Menentukan OR secara manual : OR = ad/bc Interpretasi < 1 (kondisi/penyakit kurang cenderung terjadi pada kelompok kasus) = 1 (kondisi/penyakit kemungkinan terjadi pada kedua kelompok) >1 ( kondisi/peyakit lebih mungkin terjadi pada kelompok kasus) Penyakit Kasus (+) Kontrol (-) Jumlah Pajanan + a b a+b - c d c+d Jumlah a+c b+d N

Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara hepatomegali dgn terjadinya syok pada pasien anak yang mengalami DBD. Desain penelitian yg digunakan adalah case control

Syok ya tidak Jumlah Hepatomegali ya 18 34 52 tidak 14 94 108 Jumlah 32 128 160 OR = 1692/476 = 3,55 Artinya “pasien dengan hepatomegali mempunyai kemungkinan 3,55 kali mengalami syok dibanding pasien yang tidak mengalami hepatomegali”

Confounding (perancu) – Merupakan pengaruh variabel eksternal yang seluruhnya/sebagian dapat mempengaruhi efek hubungan antara pajanan & penyakit yang sesungguhnya. – Mis: Antara pajanan & penyakit yg tampaknya menunjukkan ada hubungan padahal sesungguhnya tidak, atau – Tampak tidak ada hubungan padahal sebenarnya ada.

Confounding (perancu) – Ciri-ciri faktor perancu – Merupakan faktor risiko terhadap timbulnya penyakit yg diteliti – Memiliki asosiasi non-kausal dengan pajanan yang diteliti – Cara pengendalian – Perhitungan secara terpisah – Stratifikasi – matching

Matching – Merupakan cara untuk menyamakan variabel-variabel tertentu antara klp kasus dan klp kontrol. – Variabel yang dapat di gunakan – Umur – Jenis kelamin – Pendidikan – Pekerjaan – Gol. Darah – dll

Matching – Dilakukan untuk menghindari bias yang timbul akibat tidak komparabelnya klp kasus dan kontrol. – Dilakukan pada saat persiapan yaitu saat pengambilan sampel. – Dapat juga dilakukan pada saat analisis = disebut postmatching

Matching – Syarat matching – Variabel yang digunakan untuk matching tidak berhubungan dgn pajanan thd faktor risiko – Bukan merupakan sebab timbulnya penyakit – Dapat merupakan fk. Risiko yang berasal dari variabel penyebab akibat adanya asosiasi nonkausal

Kriteria matching menurut Wold (1956) dan Susser (1973) A E F D B E F D E = PAJANAN F = VARIABEL PERANCU/ FAKTOR MATCHING D = PENYAKIT ASOSIASI KAUSAL ASOSIASI NONKAUSAL

Kelebihan kasus kontrol 1. Cocok untuk mempelajari penyakit yg jarang ditemukan 2. Hasil cepat, ekonomis 3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit 4. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit 5. Kesimpulan korelasi > baik, krn ada pembatasan dan pengendalian faktor risk 6. Tidak mengalami kendala etik

Kelemahan kasus kontrol – Bias – Tdk diketahui pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik matching – Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di “matching”kan banyak – Kelompok kasus dan kontrol tidak random à apakah faktor luar seimbang?

PENDEKATAN COHORT – Merupakan penelitian dimana pengambilan data variabel bebas (sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel tergantung (akibat) – Populasi adalah semua responden yang mempunyai kriteria variabel sebab (sebagai kelompok studi) – Pada penelitian cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak mempunyai kriteria variabel sebab


Skema Studi Kohort retrospektif Pengambilan kelompok kohort dari data yang telah lalu Saat pelaksanaan penelitian Faktor risiko Klp studi (+) Klp kontrol (-) insiden insiden Efek (+) Efek              (-) Efek (+) Efek (-)

Syarat umum subyek dapat dimasukkan dalam studi kohort
1. Tidak menderita efek yang diteliti
2. Belum terpajan terhadap faktor risiko yang diteliti – Pemilihan kelompok kontrol bagian dr populasi yg tdk terpajan faktor risiko –

Keuntungan :
1. Berasal dari populasi yang sama
2. Dapat dilakukan follow up dgn prosedur yg sama

Mengamati timbulnya efek – Pengamatan dalam periode tertentu – Lama waktu pengamatan tergantung pada karakteristik penyakit atau efek yang diteliti – Loss to follow-up. Batas: 10% untuk studi klinis dan 15 % untuk studi lapangan – Pengamatan tunggal: dilakukan 1X pada akhir penelitian – Pengamatan berkala: periodik menurut interval waktu yang ditetapkan sampai akhir penelitian

Analisis hasil – Membandingkan insiden penyakit antara kelompok dengan faktor risiko dengan kelompok tanpa risiko à Risiko Relatif (Relative Risk à RR) – Menyertakan interval kepercayaan – Kai-kuadrat dan RR

Risiko Relatif EFEK Ya Tidak Jumlah FAKTOR RISIKO Ya a b a+b Tidak c d c+d Jumlah a+c b+d a+b+c+d Sel a: subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek Sel b: subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek Sel c: subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek Sel d: subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek Relative Risk (RR) =Relative Risk (RR) = Insiden pada kelompok terpaparInsiden pada kelompok terpapar Insiden pada kelompok tidak terpaparInsiden pada kelompok tidak terpapar àà A(A+B)/C(C+D)A(A+B)/C(C+D)

Interpretasi RR – RR>1 à Paparan merupakan faktor risiko – RR<1 à Paparan merupakan faktor protektif – RR=1 à Paparan bukan merupakan faktor risiko

Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur – Jika penelitian menggunakan pendekatan Cohort, maka populasinya adalah: – Semua Wanita Usia Subur yang menggunakan Depo Propera (kelompok sampel) – Sedangkan kelompok kontrolnya adalah semua WUS yang tidak menggunakan Depo Propera

Setelah diamati beberapa waktu tertentu (misal 1 tahun), dilakukan pengambilan data obesitas (variabel akibat), baik pada kelompok sebab maupun kelompok akibat – Kemudian data kedua kelompok studi dan kontrol dianalisa dengan menggunakan uji statistik yang sesuai
Contoh Studi Kohort – Anemia pada ibu hamil à BBLR – Kebiasaan merokok pada orang tua à ISPA pada balita – Kebiasaan menggunakan alas kaki à kecacingan pada anak SD – Cuci tangan dengan sabun à diare pada anak
Kelebihan Kohort – Dapat digunakan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan faktor risiko yg diperkirakan sbg penyebab timbulnya penyakit dgn akibatnya – Menghitung rate insiden scr langsung – Mengetahui perubahan2 yg terjadi dgn berjalannya waktu atau parjalanan penyakit alamiah – Menghitung besarnya risiko kelompok terpajan dan kelompok tdk terpajan hingga dapat dihitung risiko atribut dan risiko relatif atau population atributable risk (PAR) secara langsung – Mempelajari berbagai efek terhadap suatu pajanan hingga dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam.
Kelemahan Kohort – Membutuhkan waktu lama – Membutuhkan biaya dan tenaga yang besar – Lamanya pengamatan dan kemajuan yg pesat dalam bidang kedokteran mengakibatkan perubahan pada masalah yang dihadapi sehingga kemungkinan hasil penelitian menjadi tidak relevan – Tidak efisien untuk penyakit yang jarang atau penyakit dengan fase laten yang panjang – Seringkali sulit untuk mempertahankan subjek studi agar tetap dalam penelitian, terutama bila pengamatan dilakukan berulang-ulang dan membutuhkan waktu yang lama karena penderita menjadi bosan.
Eksperimental – Memberikan perlakuan/manipulasi terhadap subjek dan diamati efek perlakuan tersebut – Disebut juga rancangan percobaan – Kapasitas korelasi paling tinggi dibandingkan rancangan penelitian yang lain – Variabel penelitian: – Var. tercoba, yang dipelajari efek perlakuan – Var. eksperimental, yang dimanipulasi – Var. non-eksperimental – Var. terkendali, var. luar yang dapat dikendalikan – Var. tak terkendali, var. luar yang tidak dapat dikendalikan – Pengendalian dengan: – rancangan penelitian – statistik
Kelebihan Eksperimental – Memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan melakukan penilaian penelitian dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada penelitian intervensi dibandingkan penelitian observasional. – Teknik randomisasi bertujuan untuk menciptakan karakteristik antar kelompok hampir sama dalam penelitian. – Desain ini juga memungkinkan peneliti melakukan double-blind, dimana peneliti maupun responden tidak mengetahui status responden apakah apakah termasuk dalam kelompok intervensi atau non-intervensi. – Desain ini dapat meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian
Kelemahan Eksperimental – Berhubungan dengan masalah etika, waktu dan masalah pengorganisasian penelitian – Butuh managemen yang tidak mudah karena melibatkan banyak pihak. – Contoh : intervensi bekaitan dengan manusia, dan membutuhkan kerjasama dari responden pada kelompok intervensi atau non intervensi, tenaga kesehatan, peneliti, laboran dan sebagaimananya terkait penelitian

4.       Buat proposal penelitian kalian masing-mulai dari menyusun MRQ, nilai 50.





……………………………>>>>>  Lanjutan  …………………….>>>






PROPOSAL PENELITIAN TENTANG
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang

Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total populasi.
Adapun penduduk dengan kelompok umur 0-14 tahun (usia anak-anak) mencapai 66,17 juta jiwa atau sekitar 24,8% dari total populasi. Kemudian penduduk kelompok umur 15-64 tahun (usia produktif) sebanyak 183,36 juta jiwa atau sebesar 68,7% dan kelompok umur lebih dari 65 tahun (usia sudah tidak produktif) berjumlah 17,37 juta jiwa atau sebesar 6,51% dari total populasi.
Dari data BPS untuk jumlah penduduk yang dilakukan dalam sensus penduduk menunjukkan peningkatan setiap lima tahun sekali. Bahkan BPS sudah memproyeksikan jumlah penduduk di 2020. Untuk jumlah penduduk yang ada di Indonesia, data terakhir tercatat pada tahun 2015 sebesar 238.518.000 jiwa di Indonesia. Diproyeksikan pada 2020 akan meningkat sebanyak 271.066.000 jiwa. Peningkatan tersebut juga diproyeksikan akan terjadi disetiap pulau yang ada di Indonesia. Seperti Pulau Sumatera pada 2015 sebanyak 55.272.000 jiwa dan di 2020 diproyeksikan akan sebanyak 59.337.000 jiwa.
Jumlah penduduk 2018 secara data Ditjen Dukcapil pada Triwulan II 2018 mencapai 263,9 juta jiwa. Sedangkan BPS dan Bappenas memproyeksi dari 2015-2045 data penduduk Indonesia mencapai 264,2 juta jiwa.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan masih tingginya tingkat kelahiran. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan hasil – hasil pembangunan kurang bisa dirasakan masyarakat dan menjadi beban berat bagi pembangunan selanjutnya. Oleh karena itu, upaya langsung untuk menurunkan tingkat kelahiran perlu ditingkatkan. Salah satu indikator program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) adalah angka kelahiran total (TFR) dimana target secara nasional pada tahun 2019 harus mencapai2,28 anak per wanita usia subur. Tinggi rendahnya angka TFR dipengaruhi oleh lima faktor utama penentu fertilitas, yaitu usia kawin pertama, pemakain kontrasepsi, lama menyusui eklusif, aborsi, dan sterilitas dan pembinaan kesertaan ber-KB kepada (PUS) pasangan usia subur (BKKBN,2015). 2 Strategi dari pelaksanaan program KB tercantum dalam arah kebijakan dan strategi program kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 2013 adalah pedoman untuk meningkatkan percepatan pencapaian RPJM. Program keluarga berencana didukung dengan adanya alat kontrasepsi.
Alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi yang bersifat jangka panjang (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) atau sering disebut dengan Metode Alat Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) diantaranya adalah IUD, implant, MOW, MOP. IUD merupakan alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1 tahun pertama. IUD juga berperan dalam mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir 100%, yang bergantung pada alatnya (BKKBN,2014).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik polyethylene yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. Alat kontrasepsi ini sangat efektif, reversible dan berjangka panjang dibandingkan metode kontrasepsi lain dengan angka kegagalan umumnya 1-3 kehamilan per 100 wanita pertahun. Seperti sebagian besar metode kontrasepsi, AKDR juga memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari AKDR yaitu dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, sangat efektif, berjangka panjang dan dapat digunakan sampai menopouse, sedangkan kekurangan AKDR yaitu perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama 3 setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, saat haid lebih sakit, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS (BKKBN,2014).
Kurang diminatinya alat kontrasepsi dalam rahim disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang prosedur pemasangan juga efek samping dan adanya persepsi yang salah serta ketidak nyamanan pada saat pemasangan karena harus dimasukkan berbagai macam alat kedokteran serta harus membuka bagian kemaluan ibu dan juga terkadang menimbulkan rasa sakit saat berhubungan seksual. Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan AKDR (ekspulsi, infeksi dan perforasi) disebabkan oleh pemasangan yang kurang tepat. Pemasangan maupun pencabutan hanya boleh dilakukan oleh tenaga yang terlatih.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adalah dukungan suami, dukungan keluarga, sosial budaya, ekonomi dan pelayanan kesehatan di bidang keluarga berencana. Pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu prosedur, petugas, biaya, dan informasi (Effendi,2012). Di Indonesia jumlah peserta KB baru pada tahun 2015 sebanyak 723.456 peserta. Jika dilihat rinciannya, maka peserta AKDR adalah (7,03%), MOW (1,71%), impalnt (10,53%), MOP (0,20%), kondom (8,23%), pil (35,61%) dan suntik (36,7%) (BKKBN,2016). Di Kalimantan Barat target permintaan Partisipasi Masayarakat (PPM) pada tahun 2017 metode kontrasepsi AKDR adalah 8.460 peserta dan yang telah terealisasi sebanyak 2.933 (34,67%) dan dikota pontianak target PPM sebanyak 2.432 peserta yang telah tercapai hanya 1.047 peserta (43,05%) (BKKBN,2017).
Kabupaten Lahat menjadi juara 1 KB di Sumatera selatan dalam rangka hari Kontrasepsi sedunia tahun 2019. Dalam hal pencapaian jumlah akseptor KB MKJP. Dari 4 macam MKJP yang paling banyak pencapaian KB yakni KB Impant yakni 605 akseptor atau 53,96%.sedangkan MKJP IUD pencapaiannya kosong.
Jumlah akseptor AKDR tersebut baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan juga masih kecil dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 15%, sedangkan target nasional 10%. Berdasarkan data profil Puskesmas Perumnas hingga tahun 2015 Penggunaan MKJP terbanyak yakni Implant yaitu 322 selama tahun 2019. Sedangkan penguna KB IUD hanya 5 orang selama tahun 2019.
Rendahnya penggunaan metode kontrasesi IUD disebabkan karena beberapa faktor seperti : ketidaktahuan peserta tentang kelebihan Metode kontrasepsi IUD, kualitas pelayanan KB dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang terlatih serta kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, biaya pelayanan Metode kontrasepsi Jangka Panjang yang mahal, adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian Metode kontrasepsi jangka Panjang, dan adanya nilai yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan kepercayaan dan norma- norma di masyarakat (BKKBN, 2014).
Bentuk partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah mendukung istri dalam memilih alat kontrasepsi dan memberikan kebebasan pada istri untuk menggunakan kontrasepsi tersebut. Setiap akseptor menggunakaan kontrasepsi yang saat ini dipakai, dengan pertimbangan berbagai hal. Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi yaitu berupa faktor internal : pengetahuan, pendidikan, umur, perkerjaan, paritas dan sikap. Faktor eksternal yaitu dukungan suami, dukungan keluarga, tenaga kesehatan, ekonomi dan sosial budaya (Bernandus,2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan penelitian di Puskesmas Perumnas pada 1 Januari 2020 sampai 25 Maret 2020 responden yang menggunakan alat kontrasepsi, 65 responden tidak menggunakan AKDR dan 2 responden menggunakan AKDR. Dari uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPI DALAM RAHIM (AKDR) PADA PUSKESMAS PERUMNAS KABUPATEN LAHAT Tahun 2020.



B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat difokuskan untuk penelitian yang akan dilakukan adalah apa saja faktor - faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
C.      Tujuan Penelitian
a.       Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR) pada daerah jumlah cakupan AKDR tinggi dan jumlah cakupan AKDR rendah di Kota Pontianak.
b.       Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.      Menganalisis hubungan faktor pendapatan dengan penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Perumnas.
2.      Menganalisis hubungan faktor ekonomi / pendapatan keluarga dengan penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Perumnas.
3.      Menganalisis hubungan paritas dengan penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Perumnas.
4.      Menganalisis hubungan faktor sikap dengan penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Perumnas.
5.      Menganalisis hubungan faktor dukungan suami dengan penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Perumnas.
D.      Manfaat Penelitian
a.       Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau wawasan dalam penggunaan Alat Kontrasepi Dalam Rahim (AKDR).
b.       Bagi STIK Bina Husada khususnya Jurusan PPSKM sebagai bahan tambahan literatur yang dapat menjadi referensi bagi mahasiswa khususnya PPSKM Bina Husada untuk menggali lebih dalam lagi mengenai penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
c.       Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan pengetahuan maupun pengalaman yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan dan merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan peneliti untuk melakukan pendekatan sebagai ahli kesehatan kepada masyarakat serta sebagai wujud dari upaya untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan S2 di PPSKM Bina Husada Palembang.
E.      Keaslian Peneliti
Keaslian Peneliti No Judul penelitian (nama, tahun) Metode Variabel Hasil Perbedaan
1.       Faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR di puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara (Sarce Pinomtoan, 2014) Cross sectional
a.       Pengetahuan
b.      Paritas
c.       Pendidikan Ada hubungan antara paritas, dan pengetahuan dengan penggunaan AKDR, dan tidak ada hubungan pendidikan dengan penggunaan AKDR Variabel, waktu dan tempat
2.       Gambaran faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di Puskesmas Rambah Samo I informasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk memperbaiki pelayanan AKDR (Nana Aldriana, 2013) Cross sectional
a.       Paritas
b.      Pengetahuan
c.       Pendapatan Sebagian besar akseptor KB menggunakan KB suntik, dan berpengetahuan cukup. Jenis alat kontrasepsi dan metode penelitian
3.       Faktor faktor yang berhubungan dengan minat ibu terhadap penggunaan AKDR di puskesmas Tuminting Kota Manado Cross sectional
a.       Usia
b.      Ekonomi
c.       Pendidikan Menunjukan bahwa ada hubungan antara usia, ekonomi dengan penggunaan AKDR, dan tidak ada hubungan pendidikan dengan penggunaan AKDR Variabel dan metode peneitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendapat informasi mengenai penggunaan AKDR pada daerah cakupan tinggi dan rendah di kota pontianak. Metode peneltian menggunakan penelitian analitik observasional dengan pendengkatan case control. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 100 responden yang berada dikecamatan pontianak kota dan wilayah kerja puskesmas Alianyang dan Puskesmas  



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.           Pengertian

          AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Adalah suatu alat atau benda yang dimasukan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif. Pengertian lain, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD atau spiral adalah suatu alat yang dimasukan kedalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (BKKBN, 2013)

B.            Jenis – jenis AKDR

          Penggolongan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) antara lain : 1. Menurut Bentuknya : a) Bentuk terbuka (Open Device) misalnya : Lippes Loop, Cupper-T, Cupper-7, Margulies, Spring Coil, Multioad, Nova-T b) Bentuk tertutup (Close Device) misalnya : Ota Ring, Antigon, Grafenberg Ring, Hall-Stone Ring. 2. Menurut tambahan obat atau metal AKDR dibagi menjadi : a) Medicate Device, misalnya : Cupper-T-200, Cupper-T-220, Cupper- T-300, Cupper-T-380A, Cupper-&, Nova-T, ML-Cu250, ML-Cu375. b) Un-Medicated Device, misalnya : Grafenbreg Ring, Ota Ring, Margulies Coil, Lippes Loop, Saf-T-Coil, Delta Loop. (BKKBN, 2011). 10 Menurut Sulistyawati (2015) AKDR (Alat ontrasepsi Dalam Rahim) yang beredar saat ini adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) generasi ketiga. Contoh AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim) generasi ketiga ialah Copper T, Copper 7, Yplion-Y, Progestasert, Copper T380A.

C.            Mekanisme Kerja AKDR

          Semua AKDR menimbulkan reaksi benda asing di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditimbulkan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim – enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada pemakaian AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genetalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sprema maupun ovum (Johana,2013).

D.           Efektivitas AKDR

          Efektivitas AKDR dipengaruhi oleh karateristik alat, keterampilan penyedia layanan (dalam memasang alat) dan Karakteristik pemakaian misalnya usia dan paritas (Pendit, 2013). Efektivitas AKDR telah menigkat, dari angka kehamilan 1 tahun 2-3% untuk AKDR lipes loop dan AKDR yang mengandung tembaga menjadi kurang dari 0,5% untuk AKDR yang lebih baru yang mengandung tembaga lebih dari 300mm2 (Tarmizi, 2014). Menurut Aldriana (2014), alat kontrasepsi dalam rahim memiliki efektivitas antara lain : 11 1. Efektivitas dari alat kontrasepsi dalam rahim dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama alat kontrasepsi dalam rahim tetap tinggal in-utero tanpa ekspulasi spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan/ pengeluaran karena alasan medis atau pribadi. 2. Efektifitas dari alat kontrasepsi dalam rahim tergantung pada : a. Ukuran, bentuk, dan mengandung tembaga (Cu) atau progesterone b. Akseptor 1. Umur : semakin tua usia, semakin rendah kehamilan, ekspulasu dan pengakatan/ pengeluaran alat kontrasepsi dalam rahim. 2. Paritas : semakin muda usia, terutama pada nulligravid, semakin tinggi angka ekspulasu dan pengakatan/ pengeluaran alat kontrasepsi dalam rahim. 3. Frekuensi senggama.

E.            Keuntungan AKDR

          Ada banyak sekali keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim menurut Anggaraini (2015) : 1. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. 2. Reversibel, berjangka panjang (dalam waktu 10 tahun). 3. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 4. Meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut hamil. 5. Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI. 6. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus bila tidak ada infeksi. 12 7. Membantu mencegah kehamilan ektopik. 8. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).

F.              Kerugian AKDR
Alat kontrasepsi dalam rahim bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna sehingga masih terdapat beberapa kerugian sebagai berikut : 1. Masih terjadi kehamilan dengan alat kontrasepsi dalam rahim insitu. 2. Terdapat perdarahan : spoting dan metroragia. 3. Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang seggama terasa lebih basah. 4. Dapat terjadi infeksi. 5. Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ekotopik. 6. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan Portio uteri dan mengganggu hubungan seksual (BKKBN,2011).

G.      Efek Samping dan Komplikasi
1. Efek samping
a. Adanya bercak darah, pendarahan hemorogi, anemia (memburuk pada penggunaan AKDR tembaga, membaik setelah 3 bulan).
b. Disminorhea membaik setelah 3 bulan, dapat mencegah kehamilan ektopik.
c. AKDR terlepas keluar, gejalanya adalah perdarahan nyeri atau dispareuni pada wanita atau pasangannya
d. Benang AKDR hilang.
e. Pasangan teriritasi benang.
f. Kegagalan kontrasepsi yang menyebabkan aborsi septik yang diindikasi dengan adanya gejala seperti flu (Daud,2014).
2. Kompikasi Menurut Wiwi 2013, komplikasi yang bisa terjadi pada saat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim antara lain :
a. Merasakan sakit atau kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantranya yang memungkinkan penyebab anemia.
c. Preforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
d. Sinkop vasovagal saat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim.
e. Aborsi sepsis spontan.
f. Penyakit Implamasi Uterus (PID).
g. Kista ovarium (hanya pada pengguna AKDR Hormonal)/ h. AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium.

G.           Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan AKDR

1.             Peran Petugas Kesehatan

          Pelayanan KB yang berkualitas merupakan unsur penting dalam upaya mencapai pelayanan kesehatan reproduksi. Terhadap enam 14 komponen dalam kualitas pelayanan KB yaitu : pemilihan Metode, Pemberian informasi, kemampuan teknis petugas, hubungan intrapersonal, mekanisme kelangsungan dan konsentelasi pelayanan. Ada hubungan yang bermakna antara kemampuan teknis bidan dan ketersediaan sumber daya dengan pelayanan kontrasepsi AKDR ( Kusumawati DKK, 2013). Pemberian informasi dalam program KB dikenal dengan nama Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) KB.

          KIE adalah suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dengan penyebaran informasi yang mempercepat terjadinya perubahan prilaku dari masyarakat. Adapun bentuk dari KIE KB dapat berupa penyuluhan dan kunjungan oleh petugas KB (Lina, 2012). KIE KB merupakan aspek penting dalam pelayanan keluarga berencana. Dengan melakukan KIE berarti bidan membantu calon akseptor untuk dapat menentukan jenis kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya dan membantu akseptor KB dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB (Kusumastuti,2013).

          Pemberian informasi dalam bentuk konseling atau penyuluhan memiliki pengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi, demikian halnya dengan kemampuan teknis petugas juga berdampak pada kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Dengan demikian program konseling berfungsi memberikan informasi pada calon akseptor sangat penting karena pemahaman terhadap hal ini akan berdampak terhadap partisipasi atau 15 pemakaian alat kontrasepsi. Peningkatan pengetahuan calon akseptor tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas KB, sehingga penggunaan AKDR dan partisipasi KB bukan disebabkan jumlah anak yang terlalu banyak atau karena faktor resiko melahirkan, tetapi lebih pada kualitas keluarga melalui pengaturan kelahiran (Sudarti,2011).
         
          Penelitian yang dilakukan oleh Laras menunjukan bahwa ada hubungan antara komunikasi, informasi dan edukasi dengan pemilihan AKDR, jika seseorang telah mendapat informasi KB sebelumnya, pasti mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Selain itu mereka juga dapat benar – benar mengerti jenis kontrasepsi apa yang nantinya sesuai untuk digunakan (Laras,2015).


2.             Paritas

          Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seseorang terhadap pengetahuan, dimana semakin banyak pengalaman seorang ibu maka penerimaan akan semakin mudah. Jenis paritas terbagi menjadi :
a.       Primipara adalah seorang ibu yang telah melahirkan bayi untuk pertama kalinya.
b.      Multipara adalah seorang ibu yang telah melahirkan bayi yang sudah beberapa kali yaitu 2-5 kali.
c.       Grande multipara adalah ibu yang telah melahirkan bayi yang sudah 5 kali atau lebih (Nursalam, 2014).
        
Menurut penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan Erna (2012) dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di puskesmas Pleret kabupaten Bantul. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jidan mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dan penggunaan AKDR p α (< (UMR) Rp. 1.972.000 Ordinal 26 Paritas Adalah jumlah anak yang pernah dikandung dan dilahirkan oleh seorang ibu Wawancara Kuesioner 0. Primipara 1. Multipara & Grandemultipara Ordinal Variabel Devinisi Operational Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Peran petugas kesehatan Adalah pelayan informasi yang didapat responden terhadap keterangan / informasi, konseling yang disampaikan oleh tenaga kesehatan (dokter/ bidan) tentang alat kontrasepsi Dalam Rahim, mendemostrasikan cara penggunaan AKDR dan kunjungan rumah untuk mempromosikan AKDR.
Wawancara Kuesioner 0. Petugas kesehatan aktif (skor ≥ 19) 1. Petugas kesehatan pasif (skor < 19) Ordinal Sikap Tanggapan atau reaksi responden terhadap AKDR Wawancara Kuesioner 0. sikap positif terhadap AKDR (skor ≥ 26) 1. sikap negatif terhadap AKDR (skor < 26) Ordinal Dukungan suami Dukungan yang diberikan oleh suami untuk memilih AKDR Wawancara Kuesioner 0. mendukung (skor ≥ 15) 1. tidak Mendukung (skor < 15) Ordinal Variable Terikat penggunaan AKDR Penggunaan akseptor KB dalam memilih metode kontrasepsi AKDR sebagai cara untuk mencegah atau menjarangkan kehamilan. Wawancara Kuesioner 0. Menggunakan AKDR (case) 1. Tidak menggunakan AKDR (control) Nominal 27


H.           Hipotesis

Hipotesis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternative Ha yaitu :
1.       Ada hubungan faktor pendapatan dengan penggunaan AKDR di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
2.       Ada hubungan faktor paritas dengan penggunaan AKDR di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
3.       Ada hubungan faktor petugas kesehatan dengan penggunaan AKDR di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
4.       Ada hubungan faktor sikap dengan penggunaan AKDR di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
5.       Ada hubungan faktor dukungan Suami dengan penggunaan AKDR di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
6.       Ada perbedaan faktor yang mempengaruhi pengunaan AKDR di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.








































BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian study komparasi observasional dengan metode penelitian ini adalah survei dengan pendekatan case control. Case control merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat berdasarkan perjalanan waktu secara retrospektif (Hasmi,2016). Case dalam penelitian ini ialah perempuan yang menggunakan AKDR, sedangkan control dalam penelitian ini ialah perempuan yang tidak menggunakan AKDR (Alat kontrasepsi lain). Ditelusuri secara retrospektif Faktor yang mempengaruhi (-) Peran petugas kesehatan, Paritas, Pendapatan, Sikap, Dukungan suami Faktor yang mempengaruhi (-) Peran petugas kesehatan, Paritas, Pendapatan, Sikap, Dukungan suami Faktor yang mempengaruhi (+) Peran petugas kesehatan, Paritas, Pendapatan, Sikap, Dukungan suami Faktor yang mempengaruhi (+) Peran petugas kesehatan, Paritas, Pendapatan, Sikap, Dukungan suami 29 Gambar IV.1. Rancangan Penelitian Case Control

B.     Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat

C.     Populasi dan Sampel

1.      Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang sesuai dengan penelitian (Najmah,2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta KB aktif pada Januari 2020 sampai Maret 2020 yang berada di puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
2.      Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian obyek yang di ambil saat penelitian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (Sugiono,2013). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 30 menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hasmi,2016). Kriteria inklusi :
         Kriteria inklusi dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu :
a.       Kriteria inklusi yang menjadi case
1.       Akseptor KB AKDR aktif dan baru yang tercatat di puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat pada Januari 2020 sampai Maret 2020.
2.       Akseptor yang berusia 20-45 tahun.
3.       Subyek yang bersedia menjadi responden
4.       Kesadaran baik dan dapat berkomunikasi
b.       Kriteria inklusi yang menjadi control
1.       Akseptor KB aktif dan baru yang tercatat di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
2.       Akseptor tidak menggunakan AKDR.
3.       Akseptor yang berusia 20-45 tahun.
4.       Subyek yang bersedia menjadi responden
5.       Kesadaran baik dan dapat berkomunikasi

Kriteria ekslusi
1.       Responden yang masuk pra menopouse.
2.       Responden yang masuk menopouse.


c.       Besar sampel

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 25 Orang dengan menggunakan rumus desain penelitian case control matching dengan perbandingan 1:1. menggunakan rumus case control Lameshow sebagai berikut :
Keterangan :
n = besar sampel
z = 1,96 (0,05) = 0,84 ( kekuatan uji 80%)
OR = 6,267

D.           Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1.       Teknik pengumpulan data Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder. Adapun data primer adalah data yang langsung diambil dari responden melalui wawancara terstruktur dengan kuesioner. Data primer yang akan dikumpulkan adalah faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Perumnas Kabupaten Lahat.
2.       Instrumen Pengumpulan data Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arif,2013). Kuesioner disesuaikan dengan tujuan penelitian yang mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner diberikan langsung oleh peneliti kepada responden untuk diisi melalui proses wawancara. Kuesioner yang telah dibuat mencangkup variabel terikat yaitu peran petugas kesehatan, paritas, pendapatan, sikap, dan partisipasi suami. Pada pertanyaan peran petugas kesehatan, sikap, dan partisipasi suami perlu dilakukan proses skoring. Skoring yaitu pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan dikuesioner   sehingga   dapat menjadi
satu variabel (Arif, 2013). Berikut merupakan variabel – variabel yang diskoring, yaitu :
1.       Variabel peran petugas kesehatan. Untuk variabel peran petugas kesehatan akan dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu :
a.       Peran petugas kesehatan pasif, jika skor yang diperoleh < 19.
b.      Peran petugas kesehatan aktif, jika skor yang diperoleh ≥ 19.

2.       Variabel paritas akan dikelompokkan menjadi 3 kategori, jika jumlah anak 1 (primipara) skor 0, jika jumlah anak 2 – 4 anak (Multipara) skor 1, dan jika anak ≥ 5 anak (Grandemultipara) skor 2.
3.       Pada variabel pendapatan akan dikelompokan menjadi 2 kategori. Jika pendapatan suami atau kepala keluarga ≥ UMR Rp. 1.972.000 skor 1, dan jika pendapatan < UMR Rp/ 1.972.000 skor 0.

4.             Variabel sikap terdiri dari 9 pernyataan dengan skala likert, pertanyaan pada variabel sikap merupakan pertanyaan positif.

Skor Pernyataan negatif Alternatif jawaban Sangat setuju 4, Setuju 3, Tidak setuju 2, Sangat tidak setuju 1.
Adapun variabel sikap perempuan ini dikelompokan menjadi 2 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini :
a.       Sikap negatif terhadap AKDR : jika total skor jawaban yang di peroleh < 26.
b.      Sikap positif terhadap AKDR : jika total skor jawaban yang diperoleh ≥ 26. 35

5.       Pada variabel dukungan suami terdapat 10 pernyataan. Pernyataan pada variabel dukungan suami terdiri dari 2 jenis pernyataan yaitu 6 pernyataan positif.
Untuk variabel dukungan suami akan dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu :
c.       Suami tidak mendukung, jika skor yang diperoleh < 15.
d.      Suami mendukung, jika skor yang diperoleh ≥ 15.

E.            Teknik pengolahan data

Data yang telah dihasilkan selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer. Adapun tahap – tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :
1.       Editing adalah langkah yang dilakukan untuk memeriksa kelengkapan konsistensi maupun kesalahan jawaban pada kuesioner.
2.       Coding dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengolahan data, termasuk dalam pengelompokan kategori dan pemberian skor.
3.       Tabulating untuk mengelompokan data kedalam suatu data tertentu menurut sifat yang sesuai dengan tujuan penelitian.
4.       Scoring adalah penetuan jumlah skor.
5.       Penyajian data, dilakukan dengan menggunakan tabel dan narasi (Sumantri, 2013).

F.      Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat.
1.       Analisa univariat merupakan analisa prosentase dari seluruh responden yang diambil dalam penelitian, dimana akan menggambarkan komposisinya ditinjau dari beberapa segi sehingga dapat dianalisa karakteristik responden. Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan disetiap variabel yang meliputi :
a.       peran petugas kesehatan;
b.      paritas;
c.       pendapatan;
d.      sikap;
e.       dukungan suami.

Selanjutnya hasil analisa univariat ini akan dijelaskan secara lebih mendalam menggunakan data hasil wawancara mendalam (Sumantri, 2013).

2.       Analisis Bivariat

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Yaitu variabel peran petugas kesehatan, paritas, pendapatan, sikap,dukungan suami dan penggunaan AKDR sebagai variabel terikat.Teknik analisis yang dilakukan dengan analisa Chi-Square (X2 ), yaitu untuk melakukan analisa hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik. Analisa ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel, sehingga diketahui ada atau tidaknya hubungan yang bermakna secara statistic.
Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai p ≤ α (0,05) berarti terdapat hubungan bermakna (signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p 37 ≥ α (0,05) berarti tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti (Sumantri,2013).
Rumus Chie Square : Keterangan : O = frekuensi hasil observasi E = frekuensi yang diharapkan Nilai E = (jumlah sebaris x jumlah sekolom) / jumlah data df = (b-1) (k-1) keputusan statistik : bila nilai hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Untuk melihat besarnya penggunaan AKDR menggunakan nilai Odds Ratio (OR). Odds Ratio (OR) adalah perbandingan antara subyek yang sakit dengan subjek yang tidak sakit. Adapun rumus Odds Ratio (OR) adalah sebagai berikut : Tabel IV.1 (tabel kontingensi 2x2) AKDR TOTAL Menggunakan alat kontrsepsi + - A B A+B C D C+D TOTAL A+C B+D A+B+C+D 38 Rumus Odds Ratio (OR) dalam budiman (2011), dengan rumus sebagai berikut : OR = a / ( a + b ) = a / b = ad C / ( c + d ) c /d bc

Keterangan :
a = kasus yang mengalami faktor resiko faktor resiko (+)
b = kontrol yang mengalami faktor resiko (+)
c = kasus yang tidak mengalami faktor resiko (-)
d = kasus yang tidak mengalami faktor resiko (-)

Adapun interpretasi nilai Odds Ratio (OR) adalah sebagai berikut :
a.       Jika OR = 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor resiko
b.      Jika OR > 1 dan confidence interval tidak mencangkup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor resiko.
c.       Jika OR < 1 dan confifence interval tidak mencangkup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor protektif atau pencegahan











































BAB IV
PENUTUP

A.           KESIMPULAN

Berdasarkan Proposal yang telah dibuat, dapat disimpulkan yang dicari dalam penelitian ini adalah :
1.              Ada tidak hubungan Pendapatan dengan Pengggunaan IUD
2.             Ada Tidak Hubungan Paritas dengan penggunaan IUD
3.             Ada tidak Hubungan Peran tenaga kesehatan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD
4.             Ada tidak Hubungan Sikap ibu degan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD
5.             Ada tidak Hubungan Dukungan suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD.


B.            SARAN
1.             Pihak Puskesmas agar memberikan datanya dengan mudah agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik
2.             Pihak kampus mempermudah proses konsultasi jarak jauh agar proposal tesis ini dapat terlaksana dengan baik dan episien.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS KELOMPOK KEWIRAUSAHAAN-ANALISIS STRATEGIS PELUANG USAHA

DOKUMENTASI SEMINAR PENCEMARAN UDARA

Materi AMDAL